Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

Cerita Sex Ngentot Guruku Yang Cantik Tubuh Montok

http://obatstaminapria.com/obat-pembesar-penis-permanen-vimax-asli-canada/
CRITADEWASA17 - Nama lengkapku Deni Boy Wibisono, sering dipanggil ” Boy “, kini usiaku 25 tahun, kisah yang kuceritakan ini terjadi sepuluh tahun yang lalu. Malam itu aku tidur lelap sambil tersenyum dan tak sempat kurasakan apapun, tapi ketika aku terjaga karena jam wekerku berbunyi tepat pukul enam pagi, baru terasa badanku pegal-pegal terutama lutut dan pinggangku, bahkan untuk bangun dari tempat tidurpun berat sekali rasanya… Jika kakak-ku tidak masuk ke kamar, memaksaku bangun, mungkin aku terus ketiduran. Dengan memaksakan diri, aku bangun dari tempat tidur, namun saat kuberdiri terasa lututku lemas dan bergetar, hampir aku jatuh terduduk… Baru setelah mandi badanku terasa agak segar.
Selesai berpakaian seperti biasa aku duduk di meja makan untuk sarapan. Tak lama kemudian Bi Tuti pembantu keluargaku seperti biasanya datang mengantar nasi goreng kesukaanku, tanpa terasa perasaanku mendadak tegang… sekilas kulihat wajahnya… rasanya tak ada yang aneh tapi langkah kakinya terlihat agak berat, ” Aman… “, pikirku. Ketika aku minta telor rebus setengah matang, dia menjawab dan berlaku seperti biasa saja, akupun makin yakin dia tak tahu apa yang terjadi semalam.
Akupun menjalani hari-hari selanjutnya seperti biasa, sikapku jika berdekatan dengan Bi Tuti tetap seperti biasa seakan tak pernah terjadi apa-apa. Padahal setiap saat aku selalu mencari waktu untuk mengulang perbuatanku dulu, tapi sulit sekali karena akhir-akhir ini dia sering tidur bersama kakak perempuanku. Sikapku selalu dapat kujaga tapi kontolku tidak, hampir setiap aku dekat Bi Tuti kontolku langsung berdiri tegang. Pertama masih bisa kutahan, tapi makin lama kutahan makin pusing kepalaku… aku tidak suka onani karena kupikir kenapa mesti pakai tangan jika ada yang lebih enak yaitu bersetubuh dengan perempuan.
Akhirnya aku dua punya sasaran baru, yaitu guru Matematikaku yang bernama Bu Indah, usianya 26 tahun,belum kawin, sesuai dengan namanya, wajah cantik mirip Yuni Shara, kulitnya putih bersih dan bentuk tubuhnya sangat indah, tinggi langsing dengan buah dadanya yang besar tegak menantang dan teman wanita sekelasku yang bernama Jihan. Wajahnya cantik, kulitnya putih sekali tapi yang lebih penting bagiku adalah ukuran buah dadanya paling besar diantara teman wanita sekelasku. Setiap hari aku memutar otak, mencari akal bagaimana caranya supaya aku bisa mencumbu salah satu dari mereka sampai puas.
Suatu hari, aku dipanggil ke ruang oleh Bu Indah dan aku dimarahi karena nilai ulangan Matematikaku hancur, padahal aku sengaja tidak belajar supaya diperhatikan sama Bu Indah. Saat itu aku beralasan kurang mengerti ketika diajari di kelas dan langsung aku minta les tambahan sama Bu Indah. Pucuk dicinta ulampun tiba, Bu Indah langsung setuju dan kamipun berunding mengenai tempat les, di sekolah atau di rumah. ” Bagaimana kalau di rumah Bu Indah saja?” usulku. Dia langsung setuju, saat itu pula baru aku tahu kalau Bu Indah tinggal sendirian di rumah kontrakan dan les dimulai sore hari itu juga setelah pulang sekolah. Dengan hati berbunga-bunga akupun kembali ke kelas. Tiba di rumah aku langsung mempersiapkan diri, pokoknya badanku harus bersih dan wangi, kupakai celana dalam yang longgar dan celana Levi’s 501 ku yang tidak pake retsleting tanpa pake sabuk, dan tak lupa kubawa sebuah gunting kecil.
Sorenya kuberangkat sekitar pukul 3. Kurang lebih setengah 4 aku sudah berdiri didepan pintu rumah Bu Indah dan belum sempat kuketuk pintunya guruku sudah membukakan pintu.
“Sore Bu,” sapaku berbasa-basi. Setelah membalas salamku langsung dia menyuruhku masuk untuk menunggu di ruang tamunya karena katanya dia mau kebelakang dulu. Tampaknya Bu Indah baru datang juga karena dia masih mengenakan seragam guru yang tadi siang, mungkin rapat dulu pikirku. Ruang tamunya cukup besar, tapi bersih dan tertata rapi juga kulihat beberapa photo keluarga. Sambil duduk di kursi tamu yang terbalut kulit dan empuk, aku menyiapkan buku Matematika untuk bahan les.
Selang beberapa menit kemudian Bu Indah datang lagi dengan segelas air es ditangan kanannya. ” Boy .. maaf yach…Ibu nggak punya apa-apa. Pembantu lagi mudik .. jadi nggak ada yang masak. Barusan aja Ibu dari rumah Bu Yanti dulu.. yang ngajar Akuntansi di A3.. itu yang pindahan dari Bandung. Kamu tahu khan? Kamu siapin aja dulu bukunya..sambil baca-baca, Ibu mau mandi dulu sebentar.. nggak enak.. gerah nih!” katanya tanpa memberiku kesempatan ‘tuk membalas ucapannya.
Memang guruku ini nggak kaku kalau ngajar di kelas. Bahkan terkadang kalau ngomong kayaknya nggak terlalu ada jarak dengan murid. “Ma kasih Bu jadi mengerepotin .. “, jawabku sambil berusaha melirik sedikit belahan buah dadanya di balik kemeja dalam berwarna putih satin berlengan panjang saat guruku membungkuk meletakan gelas di atas meja. Rupanya blazer seragam warna hijau guruku sudah dilepasnya bahkan mungkin rencananya mau ganti baju dulu .. sebab kemeja putihnya sudah dikeluarkan dari balik rok. “Nggak apa-apa kok..”, balasnya sambil berlalu keruang dalam.
Dengan sengaja mataku mengikuti langkah guruku bertelanjang kaki ke ruang dalam. Kupandangi gerak pinggulnya saat berjalan..samar-samar terlihat cetakan celana dalamnya.. betis putihnya…hingga lenyap dibalik tembok pemisah ruangan. Tak lama kemudian terdengar gemericik suara siraman air. Oh Bu Indah … pikirku menerawang membayangkan guruku ini mandi telanjang tanpa benang sehelaipun.
Dalam benakku terbayang adegan erotis dengan guruku. Tanpa bisa ditahan gairahku meningkat .. organ kelelakianku menegang. Ohh …aku menghayalkan guruku sendiri.. Ibu Indah. Sempat timbul pikiran kotorku untuk mencoba mengintipnya dari lubang kunci .. sebab aku ingat omongan guruku kalau pembantunya lagi mudik jadi nggak bakal ketahuan.
Tanpa terasa menunggu, Bu Indah sudah muncul di hadapanku dengan memakai kaus putih ketat YSL tanpa kerah berleher V. Dengan rok katun longgar warna gelap menjutai sampai kemata kakinya, sungguh dimataku Bu Indah sangat menggairahkan, dengan BH hitam yang jelas membayang tanpa bisa menyembunyikan buah dadanya yang tegak membusung.
” Boy .. koq kamu bengong.. bukannya baca buku?” tanyanya sambil berjalan menghampiriku sambil mengikat rambutnya ke atas. Jelas sekali leher putihnya yang jenjang .. untaian anak rambut sedikit tergerai. Entah.. aku sendiri bingung antara terpesona atau tergiur. Yang jelas dimataku Bu Indah sungguh seksi menggairahkan. “Nggak Bu..,” jawabku sedikit gugup.
” Ayo Boy .. mulai… kamu bawa buku Matematikanya-kan?’” katanya sambil duduk di sofa panjang tepat di hadapanku. lalu diambilnya kertas kosong dibawah meja tamu dan tanpa sengaja untuk kedua kalinya aku mendapat kesempatan memandangi celah buah dadanya yang putih, menggelayut, tampak kontras di balik BH hitamnya ketika dia menunduk. Kali ini keberuntunganku cukup lama karena guruku sedikit membereskan majalah2 di bawah meja. Sungguh sejak aku membayangkannya mandi, gairahku belum mereda bahkan kini semakin membara.
Sambil membawa kertas kosong untuk coretan .. guruku duduk di sebelahkuku, disofa panjang, tak lama kemudian dia mulai serius menerangkan rumus integral dengan pensil ditangannya, sebaliknya gairahku membawa pikiran dan khayal-ku untuk menikmati kehangatan, keseksian, kesintalan tubuhnya. Aku hanya mengomentari dan berkata,” Ya …ya .. ngerti Bu…!” dan tanpa disadarinya mataku dengan buas memandangi wajah molek sambil membayangkan dapat menjilati dan melahap gumpalan terbelah, payudara putih segar yang menyembul disangga BH berwarna hitam yang tampak jelas dari samping atasnya. Jelas perasaanku tak karuan … jantungku berdegup kencang .. tercium aroma parfum yang lembut dihidungku .. makin membuat dudukku nggak nyaman.. dan aku tahu apa sebabnya … organ kelakianku yang terus menerus tegang membuat pikiran gelap mulai menggodaku.
Hingga akhirnya Bu Indah .. memberiku soal latihan untuk dikerjakan,”Coba Boy .. kamu buat ini .. soal yang tadi siang untuk PR . Ibu pingin tahu .. kamu udah ngerti belum?” kemudian dia berdiri sambil ngambil sebuah majalah dari meja sudut kemudian duduk di kursi sebelah kanan depanku. Sekilas kulihat dia membacanya sambil duduk miring menghadap ke arah jalan. Sambil mencoba menyelesaikan soal itu, kuperhatikan guruku membaca sebuah majalah Kartini. Kemudian kelihatan guruku merubah posisi duduknya dengan sedikit membelakangiku sambil menumpangkan kaki kanan dengan badan sedikit bersandar sambil memeluk bantal kursi.
Langsung aku menghentikan kegiatanku kupandangi guruku dari belakang… tampak benar bulat pinggulnya yang cukup besar ..oh sungguh menggoda pikirku. Terlihat pula sedikit celana dalam hitam bagian atas… karena kaos guruku yang sedikit terangkat. Selang beberapa saat aku terpana .. tiba-tiba Bu Indah menengok ke arahku…. lalu memperbaiki posisi duduknya.
Sepertinya Bu Indah sadar sedang diperhatikan, dia membereskan kaosnya lalu dia kembali duduk di sampingku. Jarak tubuhnya dengan tubuhku hanya sejengkal saja. Aduuuhhh… harum sekali wangi tubuhnya, tak tahan aku untuk memeluknya. Tapi aku takuuttt….. dan malu. Setelah kami berdiskusi tentang Matematika hampir tiga jam lebih, obrolan mulai melebar, kami semakin akrab. Sesekali kulit kami bersentuhan…. terasa halus sekali…. lain dengan kulit bi Tuti, semakin membuatku ingin merambahi seluruh bagian tubuh yang dimilikinya untuk mereguk kenikmatan yang ada di dalamnya.
Entah setan mana yang menggodaku hingga aku semakin berani. Tanpa basa basi, tubuh Bu Indah langsung kupeluk dengan kuat, secepat kilat bibirku menempel di bibirnya yang ranum…. dia kaget sekali…. matanya melotot…. ” Mmmphh Boy, apa apaan kamu… ” katanya sambil menggelengkan kepalanya untuk menghindari bibirku dan tangannya mendorong bahuku. Kujawab dengan mempererat pelukan hingga tangannya tak bisa bergerak… kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu…. kusedot sedot dan kugigit bibir bagian bawah… tapi mulut Bu Indah tertutup rapat…. Mmmmpphh….mmpphh… kepalanya menggeleng-geleng dan bergerak mundur berusaha untuk melepas ciumanku…. tapi bibirku terus menempel di bibirnya…. kucoba untuk merangsangnya lewat bibir.
Kepalanya terdorong hingga ke pojok sofa hingga tak bisa bergerak lagi… seluruh tubuhku bergerak secara reflek menindih tubuhnya… selangkanganku tepat menempel di selangkangannya… menggesek gesek memeknya, badannya menggelinjang-gelinjang…. kakinya terus bergerak-gerak…. menendang-nendang…. tangannya mendorong dadaku dengan kuat, berusaha melepaskan diri dari tubuhku yang menindihnya, tapi aku tetap memeluknya dengan kuat…. hingga kurasakan gerakannya mulai berkurang… dan melemah….. sorot matanya berubah sendu…. dan berkaca-kaca……
Mulutku terus menutupi mulutnya… bibirnya kukulum sambil kusedot dan kugigit bibir bawahnya… kumainkan lidahku untuk membuka mulutnya… kucoba untuk merangsangnya… selangkangannya kutekan dan kugesek-gesek dengan selangkanganku… akhirnya usahaku membuahkan hasil.. mulutnya mulai terbuka… nafasnya mulai memburu…. bibirnya bergerak membalas permainan bibirku… aduuuhh enakknyaaa… kamipun berciuman dengan normal, tanpa ada paksaan… ternyata Bu Indah, guruku yang cantik, sangat ahli dalam berciuman… lidahnya dan lidahku saling berpilin dan menarik… saling menyedot… enak sekali rasanya… pelukanku lepas dengan sendirinya dan tanganku menyelusup ke balik kaosnya mulai menggerayangi perutnya.. ketika buah dadanya kuraba-raba, Bu Indah mendesah, ” Boy, jangan Nak.. oohh… kamu memang nakal…. awass ya…! oohh…. aahh… ssstt… aahh… “.
Sikapnya seperti ingin menolak tapi desahannya menunjukkan dia merasakan nikmat… aku jadi lebih agresif… tubuhku bergeser… mulutku berpindah sasaran… kuciumi lehernya yang putih… kujilat-jilat… tanganku semakin rajin mengelus… meraba… terdengar desahan lirih… aaaaahhhh… aaaahhh…. ooohhh…. kedua tangannya menjambak rambutku, kugeser perlahan-lahan kaos putihnya… dan tubuh Bu Indah semakin terbuka… tanganku bergerak ke balik punggungnya… kubuka kaitan BH-nya… ketika kubuka penutup buah dadanya, mendadak kedua tangan Bu Indah menepis tanganku dan menutupi dua gundukan yang menjulang dengan menyilangkan tangannya dan menurunkan kaosnya, sambil berkata, ” Cukup, jangan diteruskan lagi… Ingat, kamu adalah muridku ! Jangan kurang ajar !! “, matanya memandang tajam ke mataku sambil mendorong dadaku dengan kasar.
Aku kaget dan terdiam sejenak, ” Wah, bahaya nih, tapi kepalang basah “, pikirku dan nafsuku sudah di ubun-ubun… kontolku makin tegang dan berdenyut-denyut… aku benar-benar sudah nekat. Kugeser kembali tubuhku menindihi tubuhnya… kupegang kepalanya dengan kuat… kuciumi bibirnya dengan lebih bernafsu… kedua tangan Bu Indah berusaha menahan tindihanku dengan mendorong dadaku… perlawanan itu membuatku semakin bernafsu… lehernya kutelusuri dengan lidahku… bagian belakang kupingnya kuciumi… kujilati… kugigit ujung kupingnya… kumainkan lidahku di lobang kupingnya…
Tubuh Bu Indah menggelinjang-gelinjang… matanya merem sambil menggigit bibirnya sendiri… mulutnya berdesah tertahan, ” Boy… aahhh…. ooohhh…. Booy… aaahhhh… mmmm…. su..su..dah… ja…jangan.. diteruskan…aahh… De..de..niii…Booy… su..sudah…a..aa…aa..hhh… suu..dah..”
Desahan itu membuatku tambah lupa diri, tangan kananku kembali menyusup ke balik kaosnya, langsung kuremas buah dada Bu Indah yang sebelah kiri… waahhh… ternyata buah dadanya benar-benar keras dan kenyal… kaosnya kutarik keatas… tampaklah sepasang buah dada putih bersih dengan putingnya yang kecil berwarna agak kecoklatan… kusambut kedua gundukan daging itu dengan remasan dan mulutku. Kujilat… kuciumi…dan kugigit sambil kusedot sedot puting yang ranum itu… desahan Bu Indah terdengar semakin lirih.. ” Aaahhh…. ooohhh…..ooohhh…. ooohhh… mmmmmhhmm…ooohhh…mmmmm…. “, kedua tangannya mencengkeram rambutku dengan kuat… kepalanya semakin menyusup ke pojok sofa… matanya merem melek merasakan kenikmatan… buah dadanya terus kuremas-remas… kuciumi… ku urut-urut…. Aaaahhh nikmatnya… kugeser tubuhku ke sampingnya, kuturunkan kedua kaki ke lantai, sambil berlutut aku terus menelusuri setiap lekuk tubuh Bu Indah dengan mulutku, kujilat-jilat puting dan perutnya secara bergantian….
Tangan kananku berusaha membebaskan kontolku yang sudah sangat tegang dari penghalang, dengan sekali tarikan, seluruh kancing celanaku langsung terbuka… kontolku langsung menyeruak, berdiri dengan kokoh juga keras… kuturunkan celanaku perlahan-lahan tanpa sepengetahuan Bu Indah. Setelah itu, tangan kananku menyibakkan rok longgarnya sambil mengelus dan meraba-raba pahanya.. makin ke atas, hingga tiba pangkal pahanya yang masih tertutup celana dalam warna hitam tipis.
Kuletakkan telapak tanganku dengan perlahan, kuusap-usap dengan lembut…. kugesek-gesek jari tengahku di celah bibir memeknya … tubuh Bu Indah tiba-tiba tersentak, tangannya menggapai-gapai berusaha menarik tangan kananku… ” Boy… jangannn… oohhh…mmhhmm…. oh.. ja..ja..ngannnn…. mmhmm… oohhh…aaahh… Boooy…. mmmhhmmm… mmmhhmm…..”, desahannya makin keras… seperti merintih kesakitan… tangannya terus menggapai tanganku. Ketika tanganku terpegang, langsung ditariknya ke buah dadanya… sejenak ku ikuti kemauannya. Kedua buah dadanya kuremas sambil menyedot-nyedot dan menggigit putingnya.
Mulut Bu Indah terus merintih-rintih nikmat… tangan kananku terus berusaha membuka celana dalamnya, tapi selalu gagal karena pahanya dirapatkan dan tangan kirinya memegangi tanganku. Berkali-kali kucoba, tapi selalu gagal…. Mulutku kuarahkan kembali ke mulutnya… bibirku dan bibirnya menyatu… saling mengulum… menyedot…. menggigit… dan buah dadanya kuremas dengan kuat…. ” Mmmmmhhmmm…. mmmmhhhmmm….mmhhmmmmmm…. mmmhhmmm … “, dia merintih-rintih sambil berciuman. Kedua tangannya menjambak rambutku, kedua pahanya merenggang sendiri.
” Nah, sekarang “,kuambil gunting kecil dari celanaku, kutarik roknya lalu perlahan-lahan sekali dan tanpa menyentuh memeknya, sedikit demi sedikit kugunting bagian depan celana dalamnya dan aku berhasil tanpa disadari olehnya. Nafsuku semakin berkobar membayangkan kenikmatan saat kontolku keluar masuk lobang memeknya. Sedikit demi sedikit aku menggeser tubuhku ke antara dua pahanya, tanpa ada paksaan, kedua pahanya berhasil kurenggangkan hingga tubuhku ada diantaranya dengan posisi bertumpu pada lutut.
Tubuh Bu Indah kutarik sedikit demi sedikit ke pinggir sofa saat mulutku menciumi bibirnya. lalu lehernya kujilati… terus turun… ke buah dadanya… kumainkan lidahku di perut dan pusarnya… Tubuh Bu Indah semakin menggelinjang gelinjang dan rintihannya semakin keras, ” Ooohhhh… aaahhhh… ooohh… oooohhh…. aahhh…. Booy… aaahhhh…. geliiii…. oohhh…. aa..aahhkkhhh…..”. Ketika posisi lobang memek Bu Indah agak ke pinggir sofa, akupun mulai merangkak naik sambil mengusapkan ludah di kepala kontolku yang sudah sangat keras… bibirku dan bibirnya kembali bersatu… kami berciuman agak lama… nafasku dan nafasnya semakin memburu… badannya sudah licin oleh keringat, sorot matanya sayu dan pasrah….
Kuangkat kaki kanannya lalu kuletakkan di atas meja, kedua pahanya semakin merenggang…lalu kugenggam batang kontolku, kuarahkan kepalanya tepat di depan lobang memeknya…, bulu-bulu tipis halus terasa menyentuh tanganku…. Aaahhh, belahan memek Bu Indah pasti terlihat jelas… bulu memeknya yang tipis halus tak mungkin akan menutupinya… sambil membayangkan bentuk memeknya, kudorong pantatku dengan sepenuh perasaan…. perlahan namun pasti…. kepala kontolku mulai menyentuh bibir memeknya…. masuk sedikit demi sedikit…..
Kualihkan perhatian Bu Indah dengan memainkan lidahku di lobang kupingnya, ” Ibu cantik sekali… maafin Boy Bu… Bu Indah sayaaangg… maafin Boy ya… ” bisikku, kugenggam keras tangan kanannya dengan tangan kiriku…., ” Booy…. oohhh…aahhh…. sudahh yaa… aa..ahhh…. ooohhh…. jangan diteruskan…. Boooy … please… su…su.dah … Ibu takuutt….”, rintih Bu Indah dengan lirih…. Pantatku terus kudorong…, terasa sebagian kepala kontolku sudah masuk ke lobang memek Bu Indah yang sudah basah dan licin tapi sangat sempit…. lalu kugesek-gesek dan kutekan perlahan… tangan kananku terus menggenggam batang kontolku… membimbing hingga semuanya masuk.
Kontolku semakin berdenyut-denyut… ketika kepala kontolku masuk…. tubuhnya tersentak… mata mendadak terbelalak kaget…. tangan kirinya menahan perutku menahan dorongan pantatku… tapi tanganku terus menggerak-gerakkan kontolku… kutekan sedikit… kutarik…. kugesek-gesekan ke itil nya… kutekan lagi… kuputar-putar… kugesek-gesek lagi itil nya… hingga dia meratap sambil merintih-rintih nikmat, ” Oooohhh…oohhh…aahh…oohhh….. Booy…. Booyy…. ja..ja..nnggan… ooohh… oohh.. jangan….. mmmhhmmmmm… sakiiitt.. aahhh..uuhhh… sakkkiitt.. Ibu..nggak mau… Booy… oooohh… Booy… jja..ja..ngaaan… a..duuuh…nggg…akh…aahhh…mmhmm..nnggg…. uuhhh…”
Walaupun memek Bu Indah sudah basah dan licin, kontolku hanya masuk sepertiganya… sempit sekali… ketika kudorong dorong pantatku lebih kuat, tubuh Bu Indah bergetar…. rintihannya semakin keras seperti jeritan-jeritan keci, ” Boooyy…. aaahhhhhh……aa…aahhhh… uuuuhhhh….. uuhhh… ooohhhhhh….. aaaaaa…. sakiiittt….aww…..mmmmhhmmm……ooohhhh….. mmmmhhmm… nnggak mauu…. Boooyy…. sakiiittt….. Boy.. Booy…Booooy….. Booooooooy……. aaaaaaaaaahhhh…..”
Bu Indah menjerit-jerit kecil memanggil namaku ketika doronganku semakin kuat…. semakin kuat…. hingga akhirnya kontolku masuk setengahnya, kutarik lalu kudorong lagi lebih kuat, baru masuk 3/4 keburu mentok, terasa kepala kontolku menyentuh dinding yang bergerinjal-gerinjal, saat itu Bu Indah merintih agak panjang…. crep..crep crepp… crepp…. bleessssss…… terasa sekali nikmatnya jepitan dinding memek Bu Indah… ” Aaahhh….aahhhh…. enaakk…. nikmattt…. “, kontolku terasa agak perih…. tiba-tiba ada cairan hangat merendam kontolku…. hangat dan licin nya mendatangkan kenikmatan tersendiri…. membuatku terpejam sejenak… nikmat….
Kulihat kepala Bu Indah mengeleng-geleng dengan kuat… rintihannya menjadi tidak jelas.. seperti orang mengigau…. menangis lirih…. kutegakkan tubuhku sambil kupegang pinggangnya yang kecil dengan kedua tanganku lalu kumulai gerakan menarik… mendorong menarik… dorong…. tarik…. crepp… blesss…. creppp… blessss… creppp….crepppp…. crepppp….. tampak sekali pemandangan indah ketika kontolku keluar masuk memek Bu Indah, crepp…creppp…. creppp…. creppp… blesss….blesss…. blessss….. anganku melayang dibuai kenikmatan aneh… biar lobang memek Bu Indah sempit sekali tapi kontolku keluar masuk dengan leluasa… karena adanya cairan pelicin.
Bu Indah pun semakin tak jelas rintihannya, kadang nadanya seperti menangis… mulutnya menggigit-gigit tangannya yang mengepal…, ” nghhhh….nghhhh….ngggnggh….. aa..aa..ahhhh….. eekh.. aahh… nggg…ngggg… mmhmm…. o..o..oohhhh… ngghh…. Booooy… sssakiit… nggnggg…. aww… oohh….. Boooy… pelaan… pe..pe..laan….. aaaaaaaaaaaa..aaaahhhhhhhhh…nnggngg…. aaahhhhhhhh……… “
Gerakanku semakin kupercepat… terusss… makin cepaatt…. sesaat kemudian Bu Indah merintih histeris, sambil melingkarkan kedua kakinya di pinggangku… mulutnya terus merintih nikmat sambil menjilat dan menggigiti kuku tangannya…. saat itu pula kembali kurasakan ada cairan hangat merendam kontolku di dalam lobang memeknya….. kedua kaki Bu Indah menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak beberapa saat…. ” Booy… Boooy… aahhh…ohhh…. ka.. ka..mu jahaat.. aaakkhhh…. akh…. Booooy….. enaaaak…. aa..aaahh… oohh… “, desah Bu Indah.
Kugeser tubuhnya memanjang di sofa, kedua kakinya terlipat, kutindih tubuhnya sambil memasukkan kontolku…. dan setelah kugeser-geser posisiku hingga terasa nyaman dan leluasa, akupun mulai menggerakkan pantatku naik turun…. crepp..blesss..creppp..blesss….creppp..blesss… creppp… creppp…creppp… crep..crepp..crepp.. crepp… gerakanku semakin cepat, tubuh Bu Indah menggelinjang-gelinjang liar… kedua kakinya melingkar dan menjepit pinggangku… kedua tangannya mencengkeram punggungku…. lidahku menari-nari di lobang kupingnya… nafasku semakin memburu.. gerakanku semakin cepat…. cepaaat…. makin kuat hentakanku….
Bagian dalam memek Bu Indah terasa semakin basah dan hangat, kurasakan kontolku mulai berdenyut-denyut dan terasa sangat geli… inilah saat paling kutunggu… rasa geli yang amat sangat diakhiri dengan keluarnya air mani…. kuperlambat sebentar gerakanku…. lalu kupercepat lagi…. kupercepat lagii…. semakin cepat gerakanku membuat rintihan Bu Indah semakin pendek tak menentu, ” mmh.. ugh.. ugh… ugh…aa..a..aahhh.. ngnggg.. uuhh….oohh… mm..mm..mm.. ngng… ohh..ohh.. ohh.. nnngg… eekh… aahh..ahh…mmhh… te..te..te..rus.. te..te..ruus.. oohh.. aahh…aahh.. Bbbooyy… Bbooyy… ah..ah.. sa..sa..yanggg…aahhh… laagii… teruusss.. ehhh… ehh… aaahhh.. “.
Mulut Bu Indah bergerak ingin mengulum kupingku… lidahnya terasa menggelitik lobang telingaku…. tak lama kemudian kontolku berdenyut keras… ingin memuntahkan air mani…, ” Aaahhhhhh…. aaahhhh…. aa..aa..aaahhhh…. akuu.. tak kuat lagi Buuuuuuuu….. ” gerakan naik turunku semakin cepat….rasa geli semakin terasa… kontolku makin tegang… berdenyut-denyut….
Bu Indah semakin histeris, mendadak pantatnya mengangkat dan bergoyang…. memutar…, ” Aaakh… aaaaa…. Booyy….Booooy…….. sa..yang….ta…taa.. oohhh… tahannn… se…se…bentarr…. ta..ta..hannn….. aa..a…yo…se…sekarang… sekarang… yaaa…yaa….eee..eennaaakk….ooohhh…. oohhh…. mmmhhmm….oooohhhh…… aaaaaahhh……..” Kontolku terasa dipilin-pilin dan disedot-sedot…… akhirnya…., ” Aaaaahhhhh…. aaahhhh….. Ibuuuu…. aaahhh…ahh…”, kudorong pantatku sekuat-kuatnya…, air maniku menyembur banyak sekali cret…cret…cret…cret…cret…cret…cret… kupeluk tubuh Bu Indah sekuatnya…, mataku terpejam merasakan kenikmatan tiada tara yang barusan terjadi….., demikian juga Bu Indah ketika maniku menyembur di dalam memeknya… badannya seperti menggigil dan tersentak-sentak… kedua matanya terbeliak-beliak nikmat……, kedua kakinya melingkari pinggang dengan kuat….. kedua tangannya mencengkeram punggungku sampai kukunya menancap, kureguk seluruh kenikmatan sambil kami saling memeluk, mencium sambil berguling-guling untuk meredam nafsu dan emosi yang sangat tinggi.
Setelah kurang lebih sepuluh menit saling berpelukan, aku mulai bangkit, kuangkat tubuhku, perlahan-lahan kucabut kontolku dari lobang memek Bu Indah. Air maniku terlihat mengalir keluar, menetes…. kuseka dengan rok panjang yang masih di kenakan Bu Indah. Lalu kubersihkan dengan mengusap-usap celah memeknya yang merah merekah yang hanya ditutupi bulu bulu halus dengan potongan celana dalamnya.
Tubuh Bu Indah masih tergolek lemas… tak bertenaga…. tapi tatapan mata Bu Indah mengarah tajam kearahku… aku mencoba untuk tersenyum… sambil menjulurkan tangan menolong untuk bangkit. Tak lama Bu Indah duduk disampingku tanpa membereskan bajunya terlebih dahulu, buah dadanya hanya tertutup sebelah saja, roknya tidak diturunkan hingga pahanya tidak tertutupi sepertinya dia tidak mala-malu lagi padaku, tapi matanya terus menatapku….
” Ibu marah…. ? “, tanyaku sambil tersenyum lalu mendekatkan bibirku ke bibirnya…, tapi tiba-tiba plokk…plokk… kedua pipiku ditampar keras. Aku berdiri bengong sambil mengusap-usap pipi, tadi dia bilang sayang, tapi sekarang menamparku…. eeh… setelah menamparku Bu Indah tertunduk sambil menangis di di depanku. Aku jadi bingung….., nggak ngerti kok jadi begini, tapi aku tidak mau tahu…. pokoknya aku berhasil menyetubuhinya dan aku benar-benar puassss.
Tanpa berkata sepatah katapun, aku memakai celanaku kembali, langsung membereskan buku catatan les Matematikaku, bersiap untuk pulang. Tiba-tiba Bu Indah berlari masuk ke kamar tidurnya sambil menangis terisak-isak….. Semula aku sih cuek-cuek aja…, lama kelamaan aku menjadi tidak tega…. kuikuti masuk kamar tidurnya…. kulihat…. dia sedang menangis sambil tengkurap sambil memeluk bantal, kaos dan roknya tersingkab, sebagian pantatnya ke bawah terlihat jelas, kulitnya bersih, putih mulus, bagian pantatnya yang lain masih tertutup celana dalam hitam tapi sudah sobek digunting dan sebagian punggungnya terbuka. Sepertinya dia sudah tidak memperhatikan lagi keadaan dirinya.
Aku duduk di sisi tempat tidur, sambil menunggu reaksi, kuperhatikan sekeliling kamarnya, hampir semua barangnya bagus dan bermerk. Tempat tidurnya empuk sekali, pegasnya sangat elastis, isak tangis Bu Indahpun cukup terasa membuat kasur seperti bergelombang. Stereo set, TV, meubel, lukisan, tumpukan sepatu dan peralatan kosmetiknya termasuk merk yang sangat mahal.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, nggak terasa sudah lima jam aku berada di rumah Bu Indah. Hampir lima belas menit aku menunggu, tapi isakan Bu Indah belum berhenti juga. Ketika aku duduk di sampingnya, kucoba memegang tangannya, uluran tanganku langsung ditepis olehnya. Aku semakin bingung, kucoba mengusap rambutnya, tapi dia semakin terisak-isak sambil menggeser tubuhnya menjauhiku sambil menedang-nendangkan kakinya kearahku…. tanpa disadarinya potongan celana dalam yang menutupi sebagian pantatnya terbuka… seluruh pantat sampai ke kaki terlihat sangat jelas.
Iseng-iseng kuperhatikan dari kaki hingga pangkal pahanya, kulitnya putih bersih merata, mataku terpaku di belahan pantatnya…. terlihat jelas lobang anusnya tertutup rapat dan disebelahnya tampak celah yang merekah berwarna merah muda dikelilingi bulu-bulu halus… membuat aku terangsang oleh pemandangan yang terpampang jelas di depanku, kurasakan kontolku bergerak mulai menegang…… kucoba mengalihkan perhatian dengan memandangi lukisan tapi kontolku malah semakin tegang.
Pusing aku jadinya……. tampaknya Bu Indah marah padaku……. akhirnya kutimbang-timbang antara pulang saat itu juga atau menunggu sampai kemarahan Bu Indah reda. Tapi pikiranku semakin sulit diajak kompromi, perhatianku tetap tertuju pada celah yang merekah itu…… terbayang nikmatnya ketika kontolku keluar masuk celah itu….. Apakah Bu Indah masih mau kusetubuhi selagi dia masih marah padaku.. tapi.. jangankan kusetubuhi, baru kupegang tanganpun dia tak mau….. kusetubuhi atau tidak, dia tetap marah padaku…, ” Ah, tadipun dia tidak mau kusetubuhi, tapi setelah terangsang dan merasakan nikmatnya bersetubuh akhirnya dia mau juga, kucoba lagi ah…. “, pikirku.
Diam-diam kucopot kancing celanaku satu per satu, kubuka seluruh penutup tubuh hingga telanjang bulat…. perlahan-lahan kugeser tubuhku mendekati pantatnya…. Tempat tidur pegas Bu Indah benar-benar asyik…. sedikit gerakan membuat permukaan kasur bergoyang seperti gelombang. Bu Indah tahu aku mendekatinya… dia malah menutupi kepalanya dengan bantal…. hingga dia tak tahu bahwa aku sudah telanjang bulat……. samar-samar kudengar isak tangis yang ditahan….. tapi aku tak perduli.. yang kuperhatikan hanya lobang memek yang merekah berwarna merah muda di belahan pantatnya.
Sambil menunggu saat yang tepat, kucoba bersikap baik, kuusap-usap punggungnya dengan lembut…. perlahan kutarik tali BH-nya lalu kulepas….. kaosnya kurapikan sehingga punggungnya tertutup ternyata Bu Indah tidak menunjukkan gerakan menolak perbuatanku…. akupun semakin berani….. diam-diam kulepas kancing roknya…. kubuka retsletingnya…. roknya kurapikan…. kuturunkan seluruhnya menutupi pantat sampai ke mata kakinya… kupijat-pijat lembut kakinya sambil menggeser sedikit demi sedikit supaya renggang…. lalu aku tengkurap di sebelah Bu Indah…. kuusap-usap lagi punggungnya… kuangkat sedikit bantal yang menutupi kepalanya… kutempelkan mulutku di kupingnya sambil berbisik ” Buu…. maafin Boy ya…. perbuatan Boy bikin Ibu jadi sedih…. aku janji tidak akan mengulanginya….. maafin Boy ya…….. “, Bu Indah menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menutupi kuping dengan kedua telapak tangannya, wajahnya tertunduk dalam… sepertinya dia tidak mau mendengar omonganku atau melihatku lagi… karena perbuatanku tadi.
Aku mengangkat tubuhku perlahan-lahan… kutindih punggungnya… sambil kubelai lembut rambutnya… bahu Bu Indah terguncang-guncang… isak tangisnya makin keras… dikiranya aku akan menghiburnya, padahal kugeser pantatku sedikit demi sedikit sambil kulepas kancing roknya…. kubuka retsletingnya…. kusibakkan semua yang menutupi belahan pantatnya… hingga lobang memeknya yang makin merekah terlihat jelas… akupun jadi tidak sabar ingin menusukkan kontolku ke lobang yang sudah menganga itu.
Kubasahi kepala kontol dengan ludah…. perlahan-lahan kuangkat pantatku hingga tepat di atas pantatnya… dan kurapatkan kedua kakiku diantara kakinya…. kugenggam kontolku…. kuarahkan kepalanya tepat di bibir lobang memeknya…. pantatku turun pelan-pelan…. tanpa ragu-ragu langsung kudorong…. Akh, kontolku sulit masuk… seret… masih kering dan sempit… ada rasa perih di kontolku.
Saat itu tubuh Bu Indah tersentak…. dia kaget sekali… merasa ada sesuatu menyentuh bibir memeknya dan memaksa masuk…. tubuhnya langsung meronta-ronta… ingin melepaskan diri dari tubuhku….. tubuhnya bergeser maju… pantatnya digoyang-goyang…. berusaha untuk menghindari dorongan kontolku… kedua kakinya tak bisa apa-apa karena tertahan oleh rok dan kakiku…. sambil menahan tubuhnya… kudorong kontolku dibantu tangan kananku… hingga pada dorongan keempat, kontolku masuk setengahnya… kudorong lagi…. kutekan sedalam dalamnya sampai mentok….
Makin kuat Bu Indah meronta makin terasa tubuh kami bergoyang-goyang… berayun-ayun… akibat pegas tempat tidurnya sangat elastis…. tanganku langsung menyusup ke balik kaosnya… kuraba-raba perutnya… Bu Indah semakin meronta.. kupeluk tubuhnya dengan cara menyilangkan kedua tangan sambil mencengkeram buah dadanya yang kenyal dan keras… lalu kuremas-remas dengan lembut…. kedua putingnya kutarik-tarik dan kupuntir-puntir… mulutku menjilat-jilat dan menciumi tengkuknya sampai basah… kujilat hingga ke belakang kupingnya…. kugigit-gigit ujung kuping…..
Gerakan meronta tubuh Bu Indah makin melemah… kutekan pantatku dengan kuat sambil kuputar-putar…. hingga tubuh kami bergoyang-goyang.. pegas tempat tidur ini memang sensitf sekali sedikit saja bergerak langsung terasa seperti diayun-ayun… aku merasakan kenikmatan bersetubuh yang unik di tempat tidur ini… kulihat mata Bu Indah berkaca-kaca…. dia menangis… merintih-rintih kesakitan…… ” Nngg…nnggng… uuhhuu….uuuhhh…nggg… aduuuhhh… sssssssakiiiitt….. nngg…… aaaaa….aaa….”
Tubuhnya tengkurap tak bergerak…. tangannya menjuntai lemas…. pelan-pelan kutarik kontolku… aduuhh sempit sekali… rasanya seperti di jepit… kudorong lagi pelan-pelan…. kutarik…. kudorong….. kutarik….. creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep… creeeeeeep….. creeeeep……. seret sekali……
Kucabut kontolku lalu kubasahi lagi dengan ludah…. kumasukkan lagi…. Nah, sekarang agak licin. Terasa buah dadanya makin mengeras… putingnya kupijit dan kupuntir…. samar-samar kudengar rintihan kesakitan Bu Indah berubah menjadi rintihan nikmat… akupun mempercepat gerakan naik turun sesuai ayunan pegas tempat tidur ini… pantat Bu Indah bergerak seperti membalas gerakanku…. bergoyang, menarik dan mendorong… rintihannya semakin jelas dan keras… tampaknya Bu Indah mulai terhanyut oleh kenikmatan persetubuhan ini, rasa sakitnya sudah berubah menjadi sakit-sakit nikmat. Aku yakin sebentar lagi dia tidak akan merasa kesakitan…. tapi kenikmatan yang luar biasa……
Dia merintih, ” Aa..ahhhh… aahh.. mmmhhmm… ooohhhh… ooohhhh.. ooohhh… a.. aa..a.. aahhhh…” tak lama kemudian terasa ada cairan hangat membanjiri seisi memek Bu Indah…. kontolku semakin lancar keluar masuk… menggesek-gesek dinding memeknya… mulai terasa nikmat… gerakan naik turunku semakin cepat… Aku semakin bernafsu… creepp…creepp…creepp…creepp… creepp… creepp… creepp…. creepp.. creepp.. creepp… dan terasa dinding memeknya seperti berdenyut.
Bu Indah semakin histeris… ” A..aa..hhh….aa…aaa..aahhhh… Boooy…. ooohhh…ooohhh… aa…aa..aahhh…. mmmhhhm…aahhh…ooohh…oohhhh…. Bbboooyy…. ssu..su..ddaah… aakh..aaah…. ssu..ssud…. a..aa..aaahhhhh…. te…tee..russs… Bbbooy… llagii.. laagii… oohhh…. “, Mendengar rintihan tak keruan itu, aku makin liar… kuangkat tubuhku lalu kutahan dengan sebelah tangan sambil kujambak rambutnya…. gerakan naik turunku makin cepat…. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. crep.. dengan gaya seperti joki sedang menunggang kuda.
Tangan Bu Indah yang semula terjuntai lemas menggapai-gapai ke kakinya menarik-narik roknya… dia ingin kedua kakinya bebas bergerak… Akupun mengerti… lalu kucabut kontolku dengan cepat dan Bu Indah menjerit kecil ” Ja..jangan..dilepass….” tubuhnya meronta-ronta… cepat-cepat kutarik rok panjangnya juga celana dalam yang sudah sobek kugunting… kubuka kaosnya dengan kasar… kini tubuh kami tidak ditutupi sehelai benangpun…
Bu Indah langsung membalikkan tubuhnya sambil mengangkang dan tangannya menarik pinggangku… dengan tergesa-gesa kumasukkan kontolku ke lobang memeknya… kutekan dengan kuat…. kutarik…. lalu kutekan dengan kuat…. bibir kami saling mengecup….menyedot…. gerakanku semakin liar……. creeepp….creeepppp…creeppp….creeppp… creepppp…creeeppp…. kutekan kontolku sampai mentok… creeeeeepp… ” Bboooy…. aahhhh… ooohhhhh…. oohhh….ooohhh….. enaaakkk….. ooohhh… Booy.. terruuss… te..tee..rrusss… ooohhh…. aaahhhhh…. aaaaaahhhhh….. “, Bu Indah merintih rintih dan menjerit histeris… matanya terbeliak-beliak… tangannya menarik-narik pantatku…. kakinya menjepit pinggangku dengan kuat hingga tak bisa bergerak…. sepertinya Bu Indah baru mencapai puncak kenikmatan… terasa muncul cairan hangat membanjir, merendam kontolku.. licin sekali… hingga kontolku seperti ada di lubang yang besar, basah, hangat dan licin.
Tiba-tiba Bu Indah mendorong tubuhku dengan kuat hingga kontolku terlepas…. ” Sudah ah… ” katanya dengan bibir bergetar, kemudian kedua tangannya menutupi mukanya dengan kedua kaki masih mengangkangi tubuhku. Akupun ikut diam tapi untuk beristirahat memulihkan tenaga dan mengatur nafas lalu kuseka batang kontolku yang basah dengan kaos. Ketika aku bersiap kembali memasukkan kontolku, Bu Indah berkata dengan lirih, ” Boy, sudah ya…, Ibu mohon jangan diterusin… Ibu takut hamil..” dengan kedua tangan menutup memeknya, dia berusaha duduk sambil menarik mundur pantatnya menjauhi kontolku… tampaknya dia ingin mengakhiri persetubuhan ini.
Akupun berdiri di tempat tidur sambil mengusap-usap kontolku yang masih berdiri tegak, sambil duduk Bu Indah memandangku dengan sayu dan berkata, ” Terima kasih Boy, kamu mau ngerti “.
Tanpa berkata apa-apa, aku bergerak mendekatkan kontolku ke wajahnya…. kupegang kepalanya… kudekatkan kontolku ke mulutnya, rupanya Bu Indah mengerti kemauanku, dia menggelengkan kepalanya, ” Nggak..Ibu nggak mau !”. Kupegang kepalanya dengan kedua tanganku… kutempelkan ujung kontolku ke bibirnya…. kudorong-dorong…. tapi mulut Bu Indah tertutup rapat…. ” Ayolah, sebentar saja Bu…”, kataku sambil duduk di depannya, Bu Indah tetap menggelengkan kepalanya, sambil berkata ” Nggak…nggak mau… pokoknya nggak mau… jijik….!”.
Aku jadi gemas, kutarik tubuhnya hingga menindih tubuhku, kupeluk tubuhnya lalu kucium bibirnya…. dengan lemah tubuhnya meronta-ronta… kulumat bibirnya… kumainkan lidahku di dalam mulutnya, sampai akhirnya dia membalas pelukan dan ciumanku… kami berciuman lama sekali, sekali dia berhenti menciumku… dia hanya memandangku…. tangannya mengusap-usap rambutku….
Tanpa disadarinya, aku mengarahkan kontolku ke lobang memeknya. Ketika posisinya sudah tepat, kuangkat pantatku mendorong dan blesssss…. kontolku langsung masuk, tubuh Bu Indah tersentak, dia berusaha mengangkat pantatnya… tapi pingangnya kutahan dengan kuat… malah kutekan kebawah hingga kontolku hampir masuk semua… Bu Indah mendesah, ” Booy… aa..aaahhh… kamu memang nakaal… Booy… oohhh.. aaahhhhh….”
Lalu kami saling pandang, lama… tak ada yang bergerak diantara kami…. Bu Indah menundukkan kepalanya… dia mencium bibirku lembut sambil berkata ” Kamu memang nakal.. jahil… kamu nggak mudah menyerah rupanya… nggak mau nurut sama omongan Ibu… kamu jahat…. sekarang lepasin tangan kamu.. kalo nggak… awas !”.
” Tapi Bu… ” kataku, sambil mengerak-gerakkan pantatku keatas… dan menekan-nekan pinggangnya ke bawah… kuangkat pantatku berulang ulang… sesekali ketika kuangkat pantatku dengan kuat, pinggangnya kutekan ke bawah, hampir seluruh batang kontol masuk ke dalam memek Bu Indah… saat kepala kontolku menabrak dinding paling dalam, Bu Indah menjerit kecil, badannya bergetar….
Diapun tidak bisa menyelesaikan kata-katanya dengan benar, malah jadi merintih nikmat, ” Nggak ada tapi-tapian, kamu mau lepas nggak ? Ntar Ibu mmma..mmau…. la..lapor…. aaahhhh… aaww…. sstt…. ooohhhh…. ntar… Ibu.. laporrrinn… ssama… aww… ppo.. mmhhmm…aaahhhh.. polisssiii… aahhh…. ooohh… aaahhh…. aww.. aaaaaaaaaaaaaahhhh… sssstt….. aahhh…. ooohh… aa..aaww…. Bbooy… terusss…. aaahh… oohh…. Booooy…. Boooyyy…. aa..aaaaaww…. aaahhh… ooohhh…. te..teruuss… teruuusss… oohh… aahh… oohh..oohhh.. eeenaaakk… aa..aaaww… lagiii… enaak.. ssaayyaang….”
Kudorong tubuhnya supaya tegak, hingga posisinya seperti sedang berjongkok diatas kontolku dan pantatnya kutahan dengan kedua tanganku, kuhentak-hentak… kudorong.. pantatku keatas dengan kuat, dengan bantuan tempat tidur pegas ini, hentakanku makin lama makin cepat… sambil sesekali pantatnya kudorong melawan hentakanku hingga kontolku masuk sedalam-dalamnya…. aduuhh nikmat sekali… makin lama makin terasa sempit dinding memeknya yang paling dalam dan ada sesuatu yang bergerinjal-gerinjal menjepit kepala kontolku…. aku merasakan suatu kenikmatan yang baru… kutekan pantat Bu Indah ke bawah… kutahan beberapa saat… kurasakan kepala kontolku terjepit dinding yang bergerinjal-gerinjal… aku terdiam… mataku terpejam… nikmaat…. enaaakk… saking nikmatnya… akupun mendesah, ” Buuu… enaak sekaliiii…. ssstttt…. aahh… Ibuuu..Buu.. Indaahh… gelii… enaaak… ayooo…dong… gerakin lagi pantatnya… yaaa…. saayyanngg… yaa…”
Kulihat dia merintih sambil menggigit bibirnya, matanya terbeliak-beliak… merem-melek…. kedua tangannya menjambak-jambak rambutnya…. kepalanya menggeleng-geleng…. setiap kepala kontolku menyentuh dinding memeknya yang paling dalam… tubuhnya tersentak dan gerakannya semakin histeris… pantatnya naik turun dengan cepat…. rintihannya semakin keras… diselingi jeritan kecil setiap pantatnya menekan ke bawah… ” Booyy… aah.. ooohh.. oohh… aa..aaa…aawww… aaaa..hhh… oohhh…aaahh… aa.aa.aaaawww…. Bbbooyy.. eenaak…. aahh…aaahhh… aa…aaa..aaaww…. enaak….” Akhirnya ketika Bu Indah menekan pantatnya dengan kuat, hingga kepala kontolku dijepit dinding bergerinjal-gerinjal, mulai terasa ada rasa geli luar biasa…. kontolku berdenyut-denyut…. terasa air maniku memakas ingin keluar… hingga tak mungkin lagi kutahan…..
” Buuu..Buu Indaah.. Boy ma..mmau keluarrr… aduuhhh… geliii… ” rintihku.
Bu Indah menggerakkan pantatnya maju.. mundur… lalu berputar.. maju lagi… ke kiri.. ke kanan… diangkat sedikit… terus maju lagi… berputar lagi… kontolku terasa dipilin-pilin… diurut-urut…. disedot-sedot… rasa geli itu semakin kuat… makin kuat…. nikmat bercampur geli…
Tiba-tiba tubuh Bu Indah menyentak-nyentak sambil menjerit kecil, ” Booyy… ayo… ssssayang… sama.. samaa.. aaahh… oohh… aaahhh… BBooooooyyyyyyyyy…. aaaaaaaaaaaaaahhhhhhhh….” tubuhnya menindihku…. pantatnya menekanku dengan kuat…. bibirnya mengulum bibirku…. dia memelukku dengan kuat…. dan akupun memeluknya lebih kuat…. sambil membalas ciumannya…..
Bersamaan dengan itu… ” Aaaaaaahhhhhh…… ” kontolku menyemprotkan air mani ke dinding memeknya berkali-kali… cret… cret… cret… cret… cret… cret… cret… aaahhh.. nikmatnya……. tak terasa tubuh kami berguling-guling… sambil berpelukan dan berciuman… mereguk seluruh kenikmatan dari persetubuhan ini.
Selama dua puluh menit, kami terdiam sambil berpelukan…. saling memandang… lalu berciuman dengan lembut… lamaa… saling mengusap-usap rambut tanpa ada satupun kata yang keluar dari mulut kami. Ketika aku akan mencabut kontolku dan melepaskan pelukan, Bu Indah merintih manja, ” Ntar aja… jangan dulu..Ibu masih ingin begini..ya.. sayang… “, sambil mengecup bibirku dan mengusap-usap rambutku dengan penuh kelembutan, seperti tak ada rasa marah, menyesal atau sedih.
Tak lama kemudian, secara bersamaan kami saling melepas pelukan dan sama-sama tergolek lemas bersebelahan sambil memejamkan mata… merenungi apa yang sudah terjadi diantara kami. Ketika aku membuka mata, ternyata Bu Indah sedang memandangi aku sambil menahan kepala dengan tangannya dan dia tersenyum, sambil mencolek hidungku dan berkata, ” Kamu ini memang anak kurang ajar… nggak punya kesopanan… umur kamu berapa sih…? “. Melihat sikapnya yang ramah disertai senyum, aku jadi berani, kujawab sambil mengecup tipis bibirnya, ” Ibu nggak usah nanya umur deh, yang penting, aku suka sama Ibu “.
Dan dia menindihku sambil membalas kecupanku, ” Kamu ini ngomong kaya udah gede aja, kenapa sih kamu suka sama Ibu ” tanyanya. ” Kok nanyanya gitu, Ibu mau apa nggak disukain sama Boy.. ? ” aku balik bertanya. ” Kalo kamu udah gede, Ibu pasti mau… sekarang Ibu pengen tahu kenapa kamu suka sama Ibu ? ” katanya penasaran, sambil memencet hidungku.
” Nggak ah.. ntar Ibu marah kalo Boy jawab..” kataku.
Dia langsung menjawab, ” Nggak, Ibu nggak bakalan marah.. sumpah “. ” Sumpah apa ? ” tanyaku, ” Sumpah ini… ” katanya sambil mencium bibirku dengan lembut. Tanpa kami sadari, telah terjadi keakraban diantara kami sepertinya kami pasangan yang sebaya.
Sambil membalikkan tubuhnya, kujawab, ” Boy suka sama Ibu karena……. “, aku tidak meneruskan jawabanku, dia makin penasaran, ” Karena apa… ? “, katanya sambil cemberut. ” Karena…. Ibu baik…. cantik… terus.. karena ini…. dan ini… ” kataku sambil menunjuk dadanya dan mengusap-usap memeknya. ” Ihhh… jangan nakal… nanti Ibu tampar lagi… mau..? “, katanya sambil melotot tapi mulutnya tersenyum manis lalu dia menciumku lagi.
Kami berciuman lagi… sambil memelukku Bu Indah berbisik mendesah di telingaku, ” Ibu sayang kamu…. kamu jangan pulang.. masih banyak yang ingin Ibu omongin sama kamu… sekarang kita istirahat aja ya…”.
” Ya deh, gimana ibu aja “, kataku sambil membalas pelukannya.
Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam, tak lama kemudian kami tertidur sambil berpelukan

Bacar Artikel Lainnya :

  1. Obat Tahan Lama Pria
  2. Cara Memperbesar Alat Vital Pria
  3. Obat Pembesar Penis
  4. Pembesar Penis
  5. Pembesar Alat Vital Pria
  6. Alat Bantu Sex Wanita
  7. Alat Pembesar Payudara
  8. Obat Perangsang Pria
  9. Obat Pemerah Bibir
  10. Jenis Selaput Dara
  11. Selaput Darah Buatan
  12. Selaput Dara Palsu
  13. Jual Selaput Darah Buatan
  14. Obat Penghilang Tato
  15. Obat Kantung Mata
  16. Jual KLG Asli
  17. Jual Vimax Asli
  18. Jual Minyak Lintah Papua
  19. Jual Procomil Spray
  20. Jual Obat Kuat Viagra Usa
  21. Hammer Of Thor
  22. Cara Menambah Tinggi Badan
  23. Bahaya Obat Aborsi
  24. Bahaya Aborsi
  25. Obat Aborsi

Cerita Panas Ku Perkosa Pembantu Ku

http://obatstaminapria.com/obat-pembesar-penis-permanen-vimax-asli-canada/

CRITADEWASA17 - Kisahku mungkin biasa saja, yakni tentang prt (pembantu rumah tangga) yang diperkosa majikannya. Memang tidak ada yang istimewa kalau cuma kejadian semacam itu, namun yang membuat kisahku unik adalah karena aku tidak hanya diperkosa majikanku sekali. Namun, setiap kali ganti majikan hingga tiga kali aku selalu mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aku akan menceritakan kisahku itu setiap majikan dalam satu cerita.
Begini kisahku dengan majikan pertama yang kubaca lowongannya di koran. Dia mencari prt untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja. Aku wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh pekerjaan rumah tangga. Untungnya aku menguasai semuanya sehingga tidak menyulitkan. Apalagi gajinya lumayan besar plus aku bebas makan, minum serta berobat kalau sakit.
Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Pak S, asal Medan dan sedang ditugasi di kotaku membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak dibawa serta karena takut mengganggu sekolahnya kalau berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aku agak takut menghadapi kekasaran orang etnis itu, namun setelah beberapa minggu akupun terbiasa dengan logat kerasnya. Pertama dulu memang kukira ia marah, namun sekarang aku tahu bahwa kalau ia bersuara keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam. Sambil menunggu, aku nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aku bergegas membuka pintu pagar dan garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.
“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aku kurang enak badan.” Akupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya. Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air dengan air secukupnya aku berbalik keluar. Tapi melihat Pak Siregar masih tiduran tanpa melepas sepatu, akupun berinisiatif.
“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataku sambil menjangkau sepatunya.
“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di bawah ranjang.
“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaku karena merasakan hawa panas keluar dari tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aku sering lakukan di dalam keluargaku bila ada yang masuk angin.
“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tidak tahu apa itu kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.
“Coba saja, tapi kalau sakit aku tak mau,” katanya. Aku menyiapkan peralatan lalu menuangkan air panas ke bak mandi.
“Sekarang bapak cuci muka saja dengan air hangat, tidak usah mandi,” saranku. Dan ia menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aku menata kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya membalutkan handuknya di bagian bawah. Aku agak jengah. Sambil membaringkan diri di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku yang berkeringat ini.” Aku menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yang berbulu lebat kuseka, termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.
“Bapak mau makan dulu?” tanyaku.
“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dengan logat daerah, “Cepat kerokin aja, lalu aku mau tidur.”
Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dengan minyak kelapa campur minyak kayu putih. Dengan hati-hati kukerok dengan uang logam lima puluhan yang halus. Punggung itu terasa keras. Aku berusaha agar ia tidak merasa sakit. Sebentar saja warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di sisi kanan.
“Kalau susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.

“Maaf, pak,” akupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.Sekarang dadanya, pak,” kataku. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tidak handuk yang membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu terlepas, kontan nampaklah penisnya yang cukup besar. Aku jadi tergagap malu.
“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu. Sekedar ditutupkan saja, tidak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yang berbulu nampak kekar.
“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”
“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aku baru melihat punya adikku yang masih SD.
“Nanti kalau sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aku tersipu malu sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yang tersentuh tanganku membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Pak S malah menatap wajahku.
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”
“Saya pingin kerja dulu, pak.”
“Kau tak ingin kawin?”
“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”
“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah panas.
“Sudah selesai, pak,” kataku menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.
“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak gosok di mejaku itu lalu gosokin dadaku biar hangat,” pintanya. Aku menurut. Kuambil minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.
“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yang agak buncit itu. Handuknya nampak bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut hitam. Aku tak berani membayangkan benda di bawah handuk itu. Namun bayangan itu segera jadi kenyataan ketika tangan Pak S menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu.. tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yang menegang.
“Jangan, pak,” tolakku halus.
“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan penisnya ke tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana mengonaninya.
“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aku tak bisa beranjak dan hanya menuruti perlakuannya. Sampai aku mulai mahir mengocok sendiri.
“Na, gitu terus. Aku sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau dikeluarin.. Kau harus bantu aku.. Kalau onani sendiri aku sudah sulit, Yem. Harus ada orang lain yang mengonani aku.. Tolong Yem, ya?” pintanya dengan halus. Aku jadi serba salah. Tapi tanganku yang menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.
“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa.. oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya. Aku kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.

“Maaf, Yem. Aku benar-benar tak tahan. Biasanya aku langsung peluk istriku. Maaf ya Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aku tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing tanganku kembali ke arah zakarnya. Aku beringsut mendekat kembali sambil takut-takut. Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati kocokanku.
Sampai pegal hampir 1/2 jam aku mengocok namun ia tak mau berhenti juga.
“Sudah ya, pak,” pintaku.
“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”
“Keluar apanya, pak?” tanyaku polos.
“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem, biar aku cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”
Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aku mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak muat. 15 menit kemudian.
“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aku mengocoknya terus karena zakar itu masih terus memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yang kena sperma tak kupedulikan. Aku ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia nampak loyo, aku segera ke kamar mandi mencuci tangan.
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaku. Lagi-lagi aku menurut. Kulap dengan air hangat zakar yang sudah tak tegang lagi itu serta sekitar selangkangannya yang basah kena sperma..
“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataku sambil menyelimuti tubuh telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu. Malam itu aku jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Pak S tadi. Ini benar-benar pengalaman pertamaku. Untung ia tidak memperkosaku, pikirku.
Namun hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tidak seminggu dua kali pasti terjadi aku disuruh mengocoknya. Lama-lama akupun jadi terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaku. Namun yang terjadi kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Pak S mulai memintaku mengonani dengan mulutku. Mula-mula aku jelas menolak karena jijik. Tapi ia setengah memaksa dengan menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke penisnya.
“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu isep-isep. Kalau sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya keluar. Nanti aku bilang kalau mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya sehingga spermanya menyemprot di luar mulut. Namun setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat ia sengaja tidak ngomong, malah menekan kepalaku lalu menyemprotkan spermanya banyak-banyak di mulutku sampai aku muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang minta maaf karena hal ini, tapi aku sempat mogok beberapa hari dan tak mau mengoralnya lagi karena marah. Namun hatiku jadi tak tega ketika ia dengan memelas memintaku mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aku justru tidak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-lama ternyata tidak menjijikkan lagi.
Demikianlah akhirnya aku semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental seperti fla agar-agar. Akibat lain, aku semakin terbiasa tidur dipeluk Pak S. Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aku jadi enggan turun dari ranjangnya untuk kembali ke kamarku. Mataku pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan memperkosaku. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang, aku pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yang kekar memelukku. Mula-mula aku takut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku, sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aku tak menolak, malah agak menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dengan tubuh bugilnya.
“Oh, Yem.. Aku nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika tubuhnya di atasku.
“Jangan pak,” tolakku halus.
“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..” rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.
“Jangan pak, nanti keterusan saya yang celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.
“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalau tidak nikmat besok tidak diulang lagi..” bujuknya sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaku sebelum aku sempat menolak lagi.
“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dengan beha nomor 36.
“Malu ah, Pak kalau diliatin terus,” kataku manja sambil menutup dengan selimut. Tapi sebelum selimut menutup tubuhku, Pak S sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap, lama-lama akupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni leherku. Aku menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal payudaraku sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum ujung behaku dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aku merasakan sensasi rasa yang luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di bagian bawah aku merasa pahanya menyibakkan pahaku dan menekankan zakarnya tepat di atas CD-ku.
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aku bergumam sambil menggelinjang menikmati cumbuannya. Aku terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraku sudah tak berbeha lagi. Pak S asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-genjotkan zakarnya di atas CD-ku.
“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aku merinding dan meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Pak S benar-benar mendesak-desak syahwatku.
Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Pak Siregar meminta aku mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur berpelukan dengan tubuh bugil kecuali aku pakai CD. Aku harus mampu bertahan, tekadku. Pak S boleh melakukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.

Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dengan cara itu, pada malam keempat Pak S mengeluarkan jurusnya yang lebih hebat dengan menjilati seputar vaginaku meskipun masih ber-CD. Aku berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku. Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme berulang-ulang. Menjelang orgasme yang kesekian kali, sekonyong-konyong Pak Siregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aku yang masih belum sadar apa yang terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraku.
“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus kemudian aku merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun, tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataku yang bercampur dengan rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah perawanku. Aku hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.
Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aku telah diperkosa secara halus karena kebodohanku yang tidak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aku digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejakulasi, menebar air mani!
Hampir dua tahun kami melakukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Pak S benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yang gila-gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalau dia istirahat makan di rumah) sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur tiga hari, kami tidak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aku digempur habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aku diberinya pil kb supaya tidak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke kota asalnya. Aku tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaku. Ia janji akan tetap mengirimi aku uang, namun janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aku tak pernah tahu dan akupun kembali ke desa dengan hati masygul.


Bacar Artikel Lainnya :

  1. Obat Tahan Lama Pria
  2. Cara Memperbesar Alat Vital Pria
  3. Obat Pembesar Penis
  4. Pembesar Penis
  5. Pembesar Alat Vital Pria
  6. Alat Bantu Sex Wanita
  7. Alat Pembesar Payudara
  8. Obat Perangsang Pria
  9. Obat Pemerah Bibir
  10. Jenis Selaput Dara
  11. Selaput Darah Buatan
  12. Selaput Dara Palsu
  13. Jual Selaput Darah Buatan
  14. Obat Penghilang Tato
  15. Obat Kantung Mata
  16. Jual KLG Asli
  17. Jual Vimax Asli
  18. Jual Minyak Lintah Papua
  19. Jual Procomil Spray
  20. Jual Obat Kuat Viagra Usa
  21. Hammer Of Thor
  22. Cara Menambah Tinggi Badan
  23. Bahaya Obat Aborsi
  24. Bahaya Aborsi
  25. Obat Aborsi

Cerita Sex Making Love Suster Bispak

http://obatstaminapria.com/obat-pembesar-penis-klg-pills-klg-herbal-klg-asli/

CRITADEWASA17 - Kisahku ini terjadi saat beberapa tahun yang lalu dimana saat aku sedang dirawat di sebuah rumah sakit untuk beberapa minggu, saat itu aku masih duduk kelas 3 SMA, dan selama usiaku saat ini aku belum memahami dalam urusan cinta, apalagi bercinta aku belum punya pengalaman sama sekali, tanpa aku sadari semua terjadi bergitu saja.
Maka dari itu saya akan menceritakan kisahku ini sebut saja dia Velin, karena aku belum tau persis nama dari suster yang merawat aku saat sakit, waktu itu aku sedang mengalami penyakit hepatitis saya harus dirawat di rumah sakit beberapa minggu, dan suster Velin lah yang merawat aku, sedangkan orantuaku masih sibuk dengan usahanya di toko, sehingga selama dirumah sakit, saya lebih banyak menghabiskan waktu seorang diri, atau kalau pas kebetulan teman-temanku datang membesukku saja.
Yang kuingat, hari itu saya sudah mulai merasa agak baikkan. Saya mulai dapat duduk dari tempat tidur dan berdiri dari tempat tidur sendiri. Padahal sebelumnya, jangankan untuk berdiri, untuk membalikkan tubuh pada saat tidurpun rasanya sangat berat dan lemah sekali. Siang itu udara terasa agak panas, dan pengap.
Sekalipun ruang kamarku ber AC, dan cukup luas untuk diriku seorang diri. Namun, saya benar-benar merasa pengap dan sekujur tubuhku rasanya lengket. Yah, saya memang sudah beberapa hari tidak mandi.
Maklum, dokter belum mengijinkan aku untuk mandi sampai demamku benar-benar turun. Akhirnya saya menekan bel yang berada disamping tempat tidurku untuk memanggil suster. Tidak lama kemudian, suster Velin yang kuanggap paling cantik dan paling baik dimataku itu masuk ke kamarku.
“Ada apa Dik?” tanyanya ramah sambil tersenyum, manis sekali. Tubuhnya yang sintal dan agak membungkuk sambil memeriksa suhu tubuhku membuat saya dapat melihat bentuk payudaranya yang terlihat montok dan menggiurkan.
“Eh, ini Mbak. Saya merasa tubuhku lengket semua, mungkin karena cuaca hari ini panas banget dan sudah lama saya tidak mandi. Jadi saya mau tanya, apakah saya sudah boleh mandi hari ini mbak?”, tanyaku sambil menjelaskan panjang lebar.
Saya memang senang berbincang dengan suster cantik yang satu ini. Dia masih muda, paling tidak cuma lebih tua 4-5 tahun dari usiaku saat itu. Wajahnya yang khas itupun terlihat sangat cantik, seperti orang India kalau dilihat sekilas.
“Oh, begitu. Tapi saya tidak berani kasih jawabannya sekarang Dik. Mbak musti tanya dulu sama pak dokter apa adik sudah boleh dimandiin apa belum”, jelasnya ramah. Mendengar kalimatnya untuk “memandikan”, saya merasa darahku seolah berdesir keatas otak semua.
Pikiran kotorku membayangkan seandainya benar Mbak Velin mau memandikan dan menggosok-gosok sekujur tubuhku. Tanpa sadar saya terbengong sejenak, dan batang kontolku berdiri dibalik celana pasien rumah sakit yang tipis itu.
“Ihh, kamu nakal deh mikirnya. Kok pake ngaceng segala sih, pasti mikir yang ngga- ngga ya. hi hi hi”. Mbak Velin ternyata melihat reaksi yang terjadi pada penisku yang memang harus kuakui sempat mengeras sekali tadi.
Saya cuma tersenyum menahan malu dan menutup bagian bawah tubuhku dengan selimut. “Ngga kok Mbak, cuma spontanitas aja. Ngga mikir macem-macem kok”, elakku sambil melihat senyumannya yang semakin manis itu.
“Hmm, kalau memang kamu mau merasa gerah karena badan terasa lengket mbak bisa mandiin kamu, kan itu sudah kewajiban mbak kerja disini. Tapi mbak bener- bener ngga berani kalau pak dokter belum mengijinkannya”, lanjut Mbak Velin lagi seolah memancing gaVelinhku.
“Ngga apa-apa kok mbak, saya tahu mbak ngga boleh sembarangan ambil keputusa” jawabku serius, saya tidak mau terlihat “nakal” dihadapan suster cantik ini. Lagi pula saya belum pengalaman dalam soal memikat wanita.
Suster Velin masih tersenyum seolah menyimpan hasrat tertentu, kemudian dia mengambil bedak Purol yang ada diatas meja disamping tempat tidurku. “Dik, Mbak bedakin aja yah biar ngga gerah dan terasa lengket”, lanjutnya sambil membuka tutup bedak itu dan melumuri telapak tangannya dengan bedak.
Saya tidak bisa menjawab, jantungku rasanya berdebar kencang. Tahu-tahu, dia sudah membuka kancing pakaianku dan menyingkap bajuku. Saya tidak menolak, karena dibedakin juga bisa membantu menghilangkan rasa gerah pikirku saat itu.
Mbak Velin kemudian menyuruhku membalikkan badan, sehingga sekarang saya dalam keadaan tengkurap diatas tempat tidur. Tangannya mulai terasa melumuri punggungku dengan bedak, terasa sejuk dan halus sekali.
Pikiranku tidak bisa terkontrol, sejak dirumah sakit, memang sudah lama saya tidak membayangkan hal-hal tentang seks, ataupun melakukan onani sebagaimana biasanya saya lakukan dirumah dalam keadaan sehat.
Kontolku benar-benar berdiri dan mengeras tertimpa oleh tubuhku sendiri yang dalam keadaan tenglungkup. Rasanya ingin kugesek-gesekkan kontolku di permukaan ranjang, namun tidak mungkin kulakukan karena ada Mbak Velin saat ini.
Fantasiku melayang jauh, apalagi sesekali tangannya yang mungil itu meremas pundakku seperti sedang memijat. Terasa ada caVelinn bening mengalir dari ujung kontolku karena terangsang. Beberapa saat kemudian mbak Velin menyuruhku membalikkan badan.
Saya merasa canggung bukan main, karena takut dia kembali melihat kontolku yang ereksi. “Iya Mbak..”, jawabku sambil berusaha menenangkan diri, sayapun membalikkan tubuhku. Kini kupandangi wajahnya yang berada begitu dekat denganku, rasanya dapat kurasakan hembusan nafasnya dibalik hidung mancungnya itu.
Kucoba menekan perasaan dan pikiran kotorku dengan memejamkan mata. Sekarang tangannya mulai membedaki dadaku, jantungku kutahan sekuat mungkin agar tidak berdegup terlalu kencang. Saya benar-benar terangsang sekali, apalagi saat beberapa kali telapak tangannya menyentuh putingku.
“Ahh, geli dan enak banget”, pikirku. “Wah, kok jadi keras ya? he he he”, saya kaget mendengar ucapannya ini.
“Ini loh, putingnya jadi keras.. kamu terangsang ya?” Mendengar ucapannya yang begitu vulgar, saya benar-benar terangsang. Kontolku langsung berdiri kembali bahkan lebih keras dari sebelumnya. Tapi saya tidak berani berbuat apa-apa, cuma berharap dia tidak melihat kearah kontolku.
Saya cuma tersenyum dan tidak bicara apa-apa. Ternyata Mbak Velin semakin berani, dia sekarang bukan lagi membedaki tubuhku, melainkan memainkan putingku dengan jari telunjuknya. Diputar-putar dan sesekali dicubitnya putingku.
“Ahh, geli Mbak. Jangan digituin”, kataku menahan malu. “Kenapa? Ternyata cowok bisa terangsang juga yah kalau putingnya dimainkan gini”, lanjutnya sambil melepas jari-jari nakalnya. Saya benar-benar kehabisan kata-kata, dilema kurasakan.
Disatu sisi saya ingin terus di”kerjain” oleh mbak Velin, satu sisi saya merasa malu dan takut ketahuan orang lain yang mungkin saja tiba-tiba masuk. “Dik Iwan sudah punya pacar?”, tanya mbak Velin kepadaku.
“Belum Mbak”, jawabku berdebar, karena membayangkan ke arah mana dia akan berbicara. “Dik Iwan, pernah main sama cewek ngga?”, tanyanya lagi.
“Belum mbak” jawabku lagi. “hi.. hi.. hi.. masa ngga pernah main sama cewek sih”, lanjutnya centil. Aduh pikirku, betapa bodohnya saya bisa sampai terjebak olehnya. Memangnya “main” apaan yang saya pikirkan barusan.
Pasti dia berpikir saya benar-benar “nakal” pikirku saat itu. “Pantes deh, de Iwan dari tadi mbak perhatiin ngaceng terus, Dik Iwan mau main- main sama Mbak ya? Wow, nafsuku langsung bergolak.
Saya cuma terbengong-bengong. Belum sempat saya menjawab, mbak Velin sudah memulai aksinya. Dicumbuinya dadaku, diendus dan ditiup-tiupnya putingku. Terasa sejuk dan geli sekali, kemudian dijilatnya putingku, dan dihisap sambil memainkan putingku didalam mulutnya dengan lidah dan gigi-gigi kecilnya.
“Ahh, geli Mbak”m rintihku keenakan. Kemudian dia menciumi leherku, telingaku, dan akhirnya mulutku. Awalnya saya cuma diam saja tidak bisa apa-apa, setelah beberapa saat saya mulai berani membalas ciumannya.
Saat lidahnya memaksa masuk dan menggelitik langit-langit mulutku, terasa sangat geli dan enak, kubalas dengan memelintir lidahnya dengan lidahku. Kuhisap lidahnya dalam-dalam dan mengulum lidahnya yang basah itu.
Sesekali saya mendorong lidahku kedalam mulutnya dan terhisap oleh mulutnya yang merah tipis itu. Tanganku mulai berani, mulai kuraba pinggulnya yang montok itu. Namun, saat saya mencoba menyingkap rok seragam susternya itu, dia melepaskan diri.
“Jangan di sini Dik, ntar kalau ada yang tiba-tiba masuk bias gawat”, katanya. Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung menuntunku turun dari tempat tidur dan berjalan masuk ke kamar mandi yang terletak disudut kamar.
Di dalam kamar mandi, dikuncinya pintu kamar mandi. Kemudian dia menghidupkan kran bak mandi sehingga suara deru air agak merisik dalam ruang kecil itu. Tangannya dengan tangkas menanggalkan semua pakaian dan celanaku sampai saya telangjang bulat.
Kemudian dia sendiripun melepas topi susternya, digantungnya di balik pintu, dan melepas beberapa kancing seragamnya sehingga saya sekarang dapat melihat bentuk sempurna payudaranya yang kuning langsat dibalik Bra-nya yang berwarna hitam.
Kami pun melanjutkan cumbuan kami, kali ini lebih panas dan bernafsu. Saya belum pernah berciuman dengan wanita, namun mbak Velin benar-benar pintar membimbingku. Sebentar saja sudah banyak jurus yang kepelajari darinya dalam berciuman.
Kulumat bibirnya dengan bernafsu. Kontolku yang berdiri tegak kudekatkan kepahanya dan kugesek-gesekkan. Ahh enak sekali. Tanganku pun makin nekat meremas dan membuka Bra-nya. Kini dia sudah bertelanjang dada dihadapanku, kuciumi puting susunya, kuhisap dan memainkannya dengan lidah dan sesekali menggigitnya.
“Yes, enak.. ouh geli Wan, ah.. kamu pinter banget sih”, desahnya seolah geram sambil meremas rambutku dan membenamkannya ke dadanya. Kini tangannya mulai meraih kontolku, digenggamnya. Tersentak saya dibuatnya.
Genggamannya begitu erat, namun terasa hangat dan nikmat. Saya pun melepas kulumanku di putingnya, kini kududuk diatas closet sambil membiarkan Mbak Velin memainkan kontolku dengan tangannya.
Dia jongkok mengahadap selangkanganku, dikocoknya kontolku pelan-pelan dengan kedua tangannya.
“Ahh, enak banget Mbak.. asik.. ahh… ahh..”, desahku menahan agar tidak menyemburkan maniku cepat-cepat. Kuremas payudaranya saat dia terus mengocok kontolku, sekarang kulihat dia mulai menyelipkan tangan kirinya diselangkannya sendiri, digosok- gosoknya tangannya ke arah memeknya sendiri.
Melihat aksinya itu saya benar-benar terangsang sekali. Kujulurkan kakiku dan ikut memainkan memeknya dengan jempol kakiku. Ternyata dia tidak mengelak, dia malah melepas celana dalamnya dan berjongkok tepat diatas posisi kakiku.
Kami saling melayani, tangannya mengocok kontolku pelan sambil melumurinya dengan ludahnya sehingga makin licin dan basah, sementara saya sibuk menggelitik memeknya yang ditumbuhi bulu-bulu keriting itu dengan kakiku.
Terasa basah dan sedikit becek, padahal saya cuma menggosok-gosok saja dengan jempol kaki. “Yes.. ah.. nakal banget kamu Wan.. em, em, eh.. enak banget”, desahnya keras. Namun suara cipratan air bak begitu keras sehingga saya tidak khawatir didengar orang.
Saya juga membalas desahannya dengan keras juga. “Mbak Velin, sedotin kontol saya dong.. please.. saya kepingin banget”, pintaku karena memang sudah dari tadi saya mengharapkan sedotan mulutnya di kontolku seperti adegan film BF yang biasa kutonton.
“Ih.. kamu nakal yah”, jawabnya sambil tersenyum. Tapi ternyata dia tidak menolak, dia mulai menjilati kepala kontolku yang sudah licin oleh caVelinn pelumas dan air ludahnya itu. Saya cuma bisa menahan nafas, sesaat gerakan jempol kakiku terhenti menahan kenikmatan yang sama sekali belum pernah kurasakan sebelumnya.
Dan tiba-tiba dia memasukkan kontolku ke dalam mulutnya yang terbuka lebar, kemudian dikatupnya mulutnya sehingga kini kontolku terjepit dalam mulutnya, disedotnya sedikit batang kontolku sehingga saya merasa sekujur tubuhku serasa mengejang, kemudian ditariknya kontolku keluar.
“Ahh.. ahh..”, saya mendesah keenakkan setiap kali tarikan tangannya dan mulutnya untuk mengeluarkan kontolku dari jepitan bibirnya yang manis itu. Kupegang kepalanya untuk menahan gerakan tarikan kepalanya agar jangan terlalu cepat.
Namun, sedotan dan jilatannya sesekali disekeliling kepala kontolku didalam mulutnya benar-benar terasa geli dan nikmat sekali. Tidak sampai diulang 10 kali, tiba-tiba saya merasa getaran di sekujur batang kontolku.
Kutahan kepalanya agar kontolku tetap berada dsidalam mulutnya. Seolah tahu bahwa saya akan segera “keluar”, Mbak Velin menghisap semakin kencang, disedot dan terus disedotnya kontolku. Terasa agak perih, namun sangat enak sekali.
“AHH.. AHH.. Ahh.. ahh”, teriakku mendadak tersemprot caVelinn mani yang sangat kental dan banyak karena sudah lama tidak dikeluarkan itu kedalam mulut mbak Velin. Dia terus memnghisap dan menelan maniku seolah menikmati cairan yang kutembakkan itu, matanya merem-melek seolah ikut merasakan kenikmatan yang kurasakan.
Kubiarkan beberapa saat kontolku dikulum dan dijilatnya sampai bersih, sampai kontolku melemas dan lunglai, baru dilepaskannya sedotannya. Sekarang dia duduk di dinding kamar mandi, masih mengenakan pakaian seragam dengan kancing dan Bra terbuka, ia duduk dan mengangkat roknya ke atas, sehingga kini memeknya yang sudah tidak ditutupi CD itu terlihat jelas olehku.
Dia mebuka lebar pahanya, dan digosok-gosoknya memeknya dengan jari-jari mungilnya itu. Saya cuma terbelalak dan terus menikmati pemandangan langka dan indah ini. Sungguh belum pernah saya melihat seorang wanita melakukan masturbasi dihadapanku secara langsung, apalagi wanita itu secantik dan semanis mbak Velin.
Sesaat kemudian kontolku sudah mulai berdiri lagi, kuremas dan kukocok sendiri kontolku sambil tetap duduk di atas toilet sambil memandang aktifitas “panas” yang dilakukan mbak Velin. Desahannya memenuhi ruang kamar mandi, diselingi deru air bak mandi sehingga desahan itu menggema dan terdengar begitu menggoda.
Saat melihat saya mulai ngaceng lagi dan mulai mengocok kontol sendiri, Mbak Velin tampak semakin terangsang juga. Tampak tangannya mulai menyelip sedikit masuk kedalam memeknya, dan digosoknya semakin cepat dan cepat.
Tangan satunya lagi memainkan puting susunya sendiri yang masih mengeras dan terlihat makin mancung itu. “Ihh, kok ngaceng lagi sih.. belum puas ya..”, canda mbak Velin sambil mendekati diriku.
Kembali digenggamnya kontolku dengan menggunakan tangan yang tadi baru saja dipakai untuk memainkan memeknya. Cairan memeknya di tangan itu membuat kontolku yang sedari tadi sudah mulai kering dari air ludah mbak Velin, kini kembali basah.
Saya mencoba membungkukkan tubuhku untuk meraih memeknya dengan jari-jari tanganku, tapi Mbak Velin menepisnya.
“Ngga usah, biar cukup mbak aja yang puasin kamu.. hehehe”, agak kecewa saya mendengar tolakannya ini.
Mungkin dia khawatir saya memasukkan jari tanganku sehingga merusak selaput darahnya pikirku, sehingga saya cuma diam saja dan kembali menikmati permainannya atas kontolku untuk kedua kalinya dalam kurun waktu 10 menit terakhir ini.
Kali ini saya bertahan cukup lama, air bak pun sampai penuh sementara kami masih asyik “bermain” di dalam sana. Dihisap, disedot, dan sesekali dikocoknya kontolku dengan cepat, benar-benar semua itu membuat tubuhku terasa letih dan basah oleh peluh keringat.
Mbak Velin pun tampak letih, keringat mengalir dari keningnya, sementara mulutnya terlihat sibuk menghisap kontolku sampai pipinya terlihat kempot. Untuk beberapa saat kami berkonsentrasi dengan aktifitas ini.
Mbak Velin sunggu hebat pikirku, dia mengulum kontolku, namun dia juga sambil memainkan memeknya sendiri. Setelah beberapa saat, dia melepaskan hisapannya.
Dia merintih, “Ah.. ahh.. ahh.. Mbak mau keluar Wan, Mbak mau keluar”, teriaknya sambil mempercepat gosokan tangannya.
“Sini mbak, saya mau menjilatnya”, jawabku spontan, karena teringat adegan film BF dimana pernah kulihat prianya menjilat memek wanita yang sedang orgasme dengan bernafsu.
Mbak Velin pun berdiri di hadapanku, dicondongkannya memeknya ke arah mulutku. “Nih.. cepet hisap Wan, hisap..”, desahnya seolah memelas. Langsung kuhisap memeknya dengan kuat, tanganku terus mengocok kontolku.
Aku benar-benar menikmati pengalaman indah ini. Beberapa saat kemudian kurasakan getaran hebat dari pinggul dan memeknya. Kepalaku dibenamkannya ke memeknya sampai hidungku tergencet diantara bulu- bulu jembutnya.
Kuhisap dan kusedot sambil memainkan lidahku di seputar kelentitnya. “Ahh.. ahh..”, desah mbak Velin disaat terakhir berbarengan dengan caVelinn hangat yang mengalir memenuhi hidung dan mulutku, hampir muntah saya dibuatnya saking banyaknya cairan yang keluar dan tercium bau amis itu.
Kepalaku pusing sesaat, namun rangsangan benar-benar kurasakan bagaikan gejolak pil ekstasi saja, tak lama kemudian sayapun orgasme untuk kedua kalinya. Kali ini tidak sebanyak yang pertama cairan yang keluar, namun benar-benar seperti membawaku terbang ke langit ke tujuh. Kami berdua mendesah panjang, dan saling berpelukkan.
Dia duduk diatas pangkuanku, cairan memeknya membasahi kontolku yang sudah lemas. Kami sempat berciuman beberapa saat dan meninggalkan beberapa pesan untuk saling merahasiakan kejadian ini dan membuat janji dilain waktu sebelum akhirnya kami keluar dari kamar mandi.
Dan semuanya masih dalam keadaan aman-aman saja. Mbak Velin, adalah wanita pertama yang mengajariku permainan seks. Sejak itu saya sempat menjalin hubungan gelap dengan Mbak Velin selama hampir 2 tahun, selama SMA saya dan dia sering berjanji bertemu, entah di motel ataupun di tempat kostnya yang sepi.
Keperjakaanku tidak hanya kuberikan kepadanya, tapi sebaliknya keperawanannya pun akhirnya kurenggut setelah beberapa kali kami melakukan sekedar esek-esek. Kini saya sudah kuliah di luar kota, sementara Mbak Velin masih kerja di Rumah sakit itu.
Saya jarang menanyakan kabarnya, lagi pula hubunganku dengannya tidak lain hanya sekedar saling memuaskan kebutuhan seks. Konon, katanya dia sering merasa “horny” menjadi perawat. Begitu pula pengakuan teman-temannya sesama suster.
Saya bahkan sempat beberapa kali bercinta dengan teman-teman Mbak Velin. Pengalaman masuk rumah sakit, benar-benar membawa pengalaman indah bagi hidupku, paling tidak masa mudaku benar-benar nikmat. Mbak Velin, benar-benar fantastis menurutku.

http://obatstaminapria.com/obat-pembesar-penis-permanen-vimax-asli-canada/


Bacar Artikel Lainnya :

  1. Obat Tahan Lama Pria
  2. Cara Memperbesar Alat Vital Pria
  3. Obat Pembesar Penis
  4. Pembesar Penis
  5. Pembesar Alat Vital Pria
  6. Alat Bantu Sex Wanita
  7. Alat Pembesar Payudara
  8. Obat Perangsang Pria
  9. Obat Pemerah Bibir
  10. Jenis Selaput Dara
  11. Selaput Darah Buatan
  12. Selaput Dara Palsu
  13. Jual Selaput Darah Buatan
  14. Obat Penghilang Tato
  15. Obat Kantung Mata
  16. Jual KLG Asli
  17. Jual Vimax Asli
  18. Jual Minyak Lintah Papua
  19. Jual Procomil Spray
  20. Jual Obat Kuat Viagra Usa
  21. Hammer Of Thor
  22. Cara Menambah Tinggi Badan
  23. Bahaya Obat Aborsi
  24. Bahaya Aborsi
  25. Obat Aborsi

Aku Ngentot Sama Tante Visa Janda Hypersex

http://obatstaminapria.com/obat-pembesar-penis-permanen-vimax-asli-canada/

CRITADEWASA17 - Saat ini murid kelas 3 SMA aku tinggal di komplek perumahan Jakarta, Sebulan kemarin sebalah rumahku kosong dan langsung di laku ditempati oleh keluarga baru, di minggu pertama jarang terlihat tapi lama kelamaan sekitar 3 minggu mereka mudah akrab dengan tetangga sekitar.
Dengar dari tetangga katanya tante Visa adalah janda asal prancis, sikapnya yang supel dan enak diajak ngobrol aku juga sempat mengobrol walaupun sebentar bodynya yang seksi yang mengundang hasrat apalagi dengan payu daranya yang besar sekitar 36an.Terlihat wanita yang mengontrak itu berumur 30an tahun denga anak perempuan dan pembantu rumah tangganya, panggilanya tante Visa dan anakanya yang bernama Hanny kelihatannya meraka adalah keturunan bule, terlihat dari kulit tante Visa yang putih dan rambut pirangnya.
Tante Visa sering memakai baju sleeveless dengan celana pendek sekitar empat jari dari lutut. Kalau duduk, celananya nampak sempit oleh pahanya. Wajahnya tidak cantik?cantik amat, wajah ciri khas Indonesia, tipe yang disuka orang-orang bule.
Seperti bodinya, wajahnya juga kalau diperhatikan, apalagi kalau bajunya agak “terbuka”, malah jadi muka?muka ranjang gitu deh. Dari cara berpakaiannya aku mengira kalau Tante Visa ituhypersex. Kalau Hanny, kebalikan ibunya.
Wajahnya cantik Indo, dan kulitnya putih. Rambutnya hitam kecoklatan, belah pinggir sebahu. Meski buah dadanya tidak terlalu besar, kecocokan pakaiannya justru membuat Hanny jadi seksi. Nampaknya aku terserang sindrom tetangga sebelah nih.
Berhari-hari berlalu, nafsuku terhadap Tante Visa semakin bergolak sehingga aku sering nekat ngumpet di balik semak-semak, onani sambil melihati Tante Visa kalau sedang di luar rumah. Tapi terhadap Hanny, nafsuku hanya sedikit, itu juga karena kecantikannya dan kulit putihnya.
Nafsu besarku kadang-kadang membuatku ingin menunjukkan batangku di depan Tante Visa dan onani didepan dia. Pernah sesekali kujalankan niatku itu, namun pas Tante Visa lewat, buru-buru kututup “anu”-ku dengan baju, karena takut tiba-tiba Tante Visa melapor sama ortu.
Tapi, kenyataannya berbeda. Tante Visa justru menyapaku, (dan kusapa balik sambil menutupi kemaluanku), dan pas di depan pagar rumahnya, ia tersenyum sinis yang menjurus ke senyuman nakal. “Ehem.. hmm..” dengan sorotan mata nakal pula. Sejenak aku terbengong dan menelan ludah, serta malah tambahnafsu.
Kemudian, pada suatu waktu, kuingat sekali itu hari Rabu. Saat aku pulang kuliah dan mau membuka pagar rumah, Tante Visa memanggilku dengan lembut, “De, sini dulu.. Tante bikinin makanan nih buat papa-mamamu.” Langsung saja kujawab, “Ooh, iya Tante..” Nafasku langsung memburu, dan dag dig dug. Setengah batinku takut dan ragu-ragu, dan setengahnya lagi justru menyuruh supaya “mengajak” Tante Visa. Tante Visa memakai baju sleeveless hijau muda, dan celana pendek hijau muda juga. Setelah masuk ke ruang tamunya, ternyata Tante Visa hanya sendirian, katanya pembantunya lagi belanja. Keadaan tersebut membuatku semakin dag dig dug. Tiba-tiba tante memanggilku dari arah dapur, “De, sini nih.. makanannya.” Memang benar sih, ada beberapa piring makanan di atas baki sudah Tante Visa susun.
Saat aku mau mengangkat bakinya, tiba-tiba tangan kanan Tante Visa mengelus pinggangku sementara tangan kirinya mengelus punggungku. Tante Visa lalu merapatkan wajahnya di pipiku sambil berkata, “De, mm.. kamu.. nakal juga yah ternyata..” Dengan tergagap-gagap aku berbicara, “Emm.. ee.. nakal gimana sih Tante?” Jantungku tambah cepat berdegup. “Hmm hmm.. pura-pura nggak inget yah? Kamu nakal.. ngeluarin titit, udah gitu ngocok-ngocok..”Tante Visa meneruskan bicaranya sambil meraba-raba pipi dekat bibirku. Kontan saja aku tambah gagap plus kaget karena Tante Visa ternyata mengetahuinya. Itulah sebabnya dia tersenyum sinis dan nakal waktu itu. Aku tambah gagap, “Eeehh? Eee.. itu..” Tante Visa langsung memotong sambil berbisik sambil terus mengelus pipiku dan bahkan pantatku. “Kamu mau yah sama Tante? Hmm?” Tanpa banyak omong-omong lagi, tante langsung mencium ujung bibir kananku dengan sedikit sentuhan ujung lidahnya.
Ternyata benar perkiraanku, Tante Visa hypersex. Aku tidak mau kalah, kubalas segeraciumannya ke bibir tebal seksinya itu. Lalu kusenderkan diriku di tembok sebelah wastafel dan kuangkat pahanya ke pinggangku. Ciuman Tante Visa sangat erotis dan bertempo cepat. Kurasakan bibirku dan sebagian pipiku basah karena dijilati oleh Tante Visa. Pahanya yang tadi kuangkat kini menggesek-gesek pinggangku. Akibat erotisnya ciuman Tante Visa, nafsuku menjadi bertambah. Kumasukkan kedua tanganku ke balik bajunya di punggungnya seperti memeluk, dan kuelusi punggungnya. Saat kuelus punggungnya, Tante Visa mendongakkan kepalanya dan terengah. Sesekali tanganku mengenai tali BH-nya yang kemudian terlepas akibat gesekan tanganku. Kemudian Tante Visa mencabut bibirnya dari bibirku, menyudahi ciuman dan mengajakkuuntuk ke kamarnya.
Kami buru-buru ke kamarnya karena sangat bernafsu. Aku sampai tidak memperhatikan bentuk dan isi kamarnya, langsung direbah oleh Tante Visa dan meneruskan ciuman. Posisi Tante Visa adalah posisi senggama kesukaanku yaitu nungging. Ciumannya benar-benar erotis. Kumasukkan tanganku ke celananya dan aku langsung mengelus belahan pantatnya yang hampir mengenai belahan vaginanya. Tante Visa yang hyper itu langsung melucuti kaosku dengan agak cepat. Tapi setelah itu ada adegan baru yang belum pernah kulihat baik di film semi ataupun di BF manapun. Tante Visa meludahi dada abdomen-ku dan menjilatinya kembali. Sesekali aku merasa seperti ngilu ketikalidah Tante Visa mengenai pusarku. Ketika aku mencoba mengangkat kepalaku, kulihat bagian leher kaos tante Visa kendor, sehingga buah dadanya yang bergoyang-goyang terlihat jelas. Kemudian kupegang pinggangnya dan kupindahkan posisinya ke bawahku. Lalu, kulucuti kaosnya serta beha nya, kulanjutkan menghisapi puting payudaranya. Nampak Tante Visa kembali mendongakkan kepalanya dan terengah sesekali memanggil namaku.
Sambil terus menghisap dan menjilati payudaranya, kulepas celana panjangku dan celana dalamku dan kubuang ke lantai.
Ternyata pas kupegang “anu”-ku, sudah ereksi dengan level maksimum. Sangat keras dan ketika kukocok-kocok sesekali mengenai dan menggesek urat-uratnya.
Tante Visa pun melepas celana-celananya dan mengelusi bulu-bulu dan lubang vaginanya. Ia juga meraup sedikit mani dari vaginanya dan memasukkan jari-jari tersebut ke mulutku.
Aku langsung menurunkan kepalaku dan menjilati daerah “bawah” Tante Visa. Rasanya agak seperti asin-asinditambah lagi adanya cairan yang keluar dari lubang “anu”-nya Tante Visa.
Tapi tetap saja aku menikmatinya. Di tengah enaknya menjilat-jilati, ada suara seperti pintu terbuka namun terdengarnya tidak begitu jelas. Aku takut ketahuan oleh pembantunya atau Hanny.
Sejenak aku berhenti dan ngomong sama Tante Visa, “Eh.. Tante..” Ternyata tante justru meneruskan “adegan” dan berkata,”Ehh.. bukan siapa-siapa.. egghh..” sambil mendesah. Posisiku kini di bawah lagi dan sekarang Tante Visa sedang menghisap “lollypop”.
Ereksikusemakin maksimum ketika bibir dan lidah Tante Visa menyentuh bagian-bagian batangku. Tante Visamengulangi adegan meludahi kembali. Ujung penisku diludahi dan sekujurnya dijilati perlahan.
Bayangkan, bagaimana ereksiku tidak tambah maksimum?? Tak lama, Tante Visa yang tadinya nungging, ganti posisi berlutut di atas pinggangku. Tante Visa bermaksud melakukan senggama. Aku sempat kaget dan bengong melihat Tante Visa dengan perlahan memegang dan mengarahkan penisku ke lubangnya layaknya film BF saja. Tapi setelah ujungnya masuk ke liang senggama, kembali aku seperti ngilu terutama di bagian pinggang dan selangkanganku dimana kejadian itusemakin menambah nafsuku.
Tante mulai menggoyangkan tubuhnya dengan arah atas-bawah awalnya dengan perlahan. Aku merasa sangat nikmat meskipun Tante Visa sudah tidak virgin. Di dalam liang itu, aku merasa adacairan hangat di sekujur batang kemaluanku.
Sambil kugoyangkan juga badanku, kuelus pinggangnya dan sesekali buah dadanya kuremas-remas. Tante Visa juga mengelus-elus dada dan pinggangku sambil terus bergoyang dan melihatiku dengan tersenyum.
Mungkin karena nafsu yang besar, Tante Visa bergoyang sangat cepat tak beraturan entah itu maju-mundur atau atas bawah. Sampai-sampai sesekali aku mendengar suara “Ngik ngik ngik” dari kaki ranjangnya. Akibat bergoyang sangat cepat, tubuh Tante Visa berkeringat. Segera kuelus badannya yang berkeringat dan kujilatitanganku yang penuh keringat dia itu.
Lalu posisinya berganti lagi, jadinya aku bersandar di ujung ranjang, dan Tante Visa menduduki pahaku. Jadinya, aku bisa mudah menciumi dada dan payudaranya. Juga kujilati tubuhnya yang masih sedikit berkeringat itu, lalu aku menggesekkan tubuhku yang juga sedikit berkeringat kedada Tante Visa.
Tidak kupikirkan waktu itu kalau yang kujilati adalah keringat karena nafsu yang terlalu meledak. Tak lama, aku merasa akan ejakulasi. “Ehh.. Tante.. uu.. udaahh..” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku, Tante Visa sudah setengah berdiri dan nungging di depanku.
Tante Visa mengelus-elus dan mengocok penisku, dan mulutnya sudah ternganga dan lidahnya menjulur siap menerima semprotan spermaku. Karena kocokan Tante Visa, aku jadi ejakulasi.
“Crit.. crroott.. crroott..” ternyata semprotan spermaku kuhitung sampai sekitar tujuh kali dimana setiap kencrotan itu mengeluarkan sperma yang putih, kental dan banyak. Sesekali jangkauan kencrotannya panjang, dan mengenai rambut Tante Visa. Mungkin ada juga yang jatuh ke sprei. Persis sekali film BF.
Kulihat wajah Tante Visa sudah penuh sperma putih kental milikku. Tante Visa yang memanghyper, meraup spermaku baik dari wajahnya ataupun dari sisa di sekujur batangku, dan memasukkan ke mulutnya. Setelah itu, aku merasa sangat lemas. Staminaku terkuras oleh Tante Visa. Aku langsung rebahan sambil memeluk Tante Visa sementara penisku masih tegak namuntidak sekeras tadi.
Sekitar seminggu berlalu setelah ML sama Tante Visa. Siang itu aku sedang ada di rumah hanya bersama pembantu (orang tuaku pulangnya sore atau malam, adikku juga sedang sekolah).
Sekitar jam satu-an, aku yang sedang duduk di kursi malas teras, melihat Tante Visa mau pergi entah kemana dengan mobilnya. Kulihat Hanny menutup pagar dan ia tidak melihatku. Sekitar 10 menitkemudian, telepon rumahku berdering.
Saat kuangkat, ternyata Hanny yang menelepon. Nada suaranya agak ketus, menyuruhku ke rumahnya. Katanya ada yang ingin diomongin. Di ruang tamunya, aku duduk berhadapan sama Hanny. Wajahnya tidak seperti biasanya, terlihat jutek, judes, dan sebagainya. Berhubung dia seperti itu, aku jadi salah tingkah dan bingung mau ngomong apa.
Tak lama Hanny mulai bicara duluan dengan nada ketus kembali,
“De, gue mau tanya!”
“Hah? Nanya apaan?” Aku kaget dan agak dag dig dug.
“Loe waktu minggu lalu ngapain sama nyokap gue?” Dia nanya langsung tanpa basa-basi.
“Ehh.. minggu lalu? Kapan? Ngapain emangnya?”
Aku pura-pura tidak tahu dan takutnya dia mau melaporkan ke orang tuaku.
“Aalahh.. loe nggak usah belagak bego deh.. Emangnya gue nggak tau? Gue baru pulang sekolah, gue liat sendiri pake mata kepala gue.. gue intip dari pintu, loe lagi make nyokap gue!!”
Seketika aku langsung kaget, bengong, dan tidak tahu lagi mau ngapain, badan sudah seperti mati rasa. Batinku berkata, “Mati gue.. bisa-bisa gue diusir dari rumah nih.. nama baik ortu gue bisa jatoh.. mati deh gue.”
Hanny pun masih meneruskan omongannya,
“Loe napsu sama nyokap gue??”
Hanny kemudian berdiri sambil tolak pinggang. Matanya menatap sangat tajam. Aku cuma bisa diam, bengong tidak bisa ngomong apa-apa. Keringat di leher mengucur. Hanny menghampiriku yang hanya duduk diam kaku beku perlahan masih dengan tolak pinggang dan tatapan tajam.
Pipiku sudah siap menerima tamparan ataupun tonjokan namun untuk hal dia akan melaporkannya ke orang tuaku dan aku diusir tidak bisa aku pecahkan. Tapi, sekali lagi kenyataan sangat berbeda. Hanny yang memakai kaos terusan yang mirip daster itu, justru membuka ikatan di punggungnya dan membukakaosnya.
Ternyata ia tidak mengenakan beha dan celana dalam. Jadi di depanku adalah Hanny yang bugil. Takutku kini hilang namun bingungku semakin bertambah. “Kalo gitu, loe mau juga kan sama gue?” Hanny langsung mendekatkan bibir seksi-nya ke bibirku. Celana pendekku nampak kencang di bagian “anu”.
Kini yang kurasakan bukan ciuman erotis seperti ciuman Tante Visa, namun ciuman Hanny yang lembut dan romantis. Betapa nikmatnya ciuman dari Hanny. Aku langsung memeluknya lembut. Tubuh putihnya benar-benar mulus.
Bulu vaginanya sekilas kulihat coklat gelap. Sesegera mungkin kulepas celana-celanaku dan Hanny membuka kaosku. Lumayan lama Hanny menciumiku dengan posisimembungkuk. Kukocok-kocok penis besarku itu sedikit-sedikit.
Aku langsung membisikkannya, “kita ke kamarmu yuk..!” Hanny menjawab, “Ayoo.. biarlebih nyaman.” Hanny kurebahkan di ranjangnya setelah kugendong dari ruang tamu. Seperti ciuman tadi, kali ini suasananya lebih lembut, romantis dan perlahan.
Hanny sesekali menciumi dan agak menggigit daun telingaku ketika aku sedang mencumbu lehernya. Hanny juga sesekali mencengkeram lenganku dan punggungku. Kaki kanannya diangkat hingga ke pinggangku dan kadang dia gesek-gesekkan. Dalam pikiranku, mungkin kali ini ejakulasiku tidak selama seperti sama Tante Visa akibat terbawa romantisnya suasana.
Dari sini aku bisa tahu bahwa Hanny itu tipe orang romantis dan lembut. Tapi tetap saja nafsunya besar. Malah dia langsung mengarahkan dan menusukkan penisku ke liang senggamanya tanpa adegan-adegan lain.
Berhubung Hanny masih virgin, memasukkannya tidak mudah. Butuh sedikit dorongan dan tahan sakit termasuk aku juga. Wajah Hanny nampak menahan sakit. Gigi atasnya menggigit bibir bawahnya dan matanya terpejam keras persis seperti keasaman makan buah mangga atau jambu yang asem.
Tak lama, “Aaahh.. aa.. aahh..” Hanny berteriak lumayan keras, aku takutnya terdengar sampai keluar. Selaput perawannya sudah tertembus. Aku mencoba menggoyangkan maju-mundur di dalam liang yang masih sempit itu.
Tapi, aku merasa sangat enak sekali senggama di liang perawan. Hanny juga ikutan goyang maju-mundur sambil meraba-raba dadaku dan mencium bibirku. Ternyata benar perkiraanku. Sedikit lagi aku akan ejakulasi. Mungkin hanya sekitar 6 menit. Meski begitu, keringatku pun tetap mengucur. Begitupun Hanny.
Dengan agak menahan ejakulasi, gantian kurebahkan Hanny, kukeluarkan penisku lalu kukocokdi atas dadanya. Mungkin akibat masih sempit dan rapatnya selaput dara Hanny, batang penisku jadi lebih mudah tergesek sehingga lebih cepat pula ejakulasinya.
Ditambah pula dalam seminggu tersebut aku tidak onani, nonton BF, atau sebagainya. Kemudian, “Crit.. crit.. crott..” kembali kujatuhkan spermaku di tubuh orang untuk kedua kalinya. Kusemprotkan spermaku di dada dan payudaranya Hanny.
Kali ini kencrotannya lebih sedikit, namun spermanya lebih kental. Bahkan ada yang sampai mengenai leher dan dagunya. Hanny yang baru pertamakali melihat sperma lelaki, mencoba ingin tahu bagaimana rasanya menelan sperma. Hanny meraup sedikit dengan agakcanggung dan ekspresi wajahnya sedikit menggambarkan orang jijik, dan lalu menjilatnya.
Terus, Hanny berkata dengan lugu, “Emm.. ee.. De.. kalo ‘itu’ gimana sih rasanya?” sambil menunjuk ke kejantananku yang masih berdiri tegak dan kencang.
“Eh.. hmm hmm.. cobain aja sendiri..” sambil tersenyum ia memegang batang kemaluanku perlahan dan agak canggung. Tak lama, ia mulai memompa mulutnya perlahan malu-malu karena baru pertama kali.
Mungkin ia sekalian membersihkan sisa spermaku yang masih menetes di sekujur batangku itu. Kulihat sekilas di lubang vaginanya, ada noda darah yang segera kubersihkan dengan tissue dan lap. Setelah selesai, aku yang sedang kehabisan stamina, terkulai loyo di ranjang Hanny, sementara Hanny juga rebahan di samping. Kami sama-sama puas, terutama aku yang puas menggarap ibu dan anaknya itu.